Nationalgeographic.co.id—Kebakaran hutan terjadi lebih sering dan lebih intens di berbagai wilayah dunia. Para ilmuwan memperkirakan kebakaran hutan berkontribusi terhadap risiko kepunahan setidaknya 1.660 spesies hewan di seluruh dunia.
Namun, sebagian hewan mampu beradaptasi dengan makin meningkatnya kebakaran hutan. Apa saja yang mereka lakukan untuk bertahan dari kebakaran hutan?
Menunggu hingga api padam
Beberapa spesies telah mengembangkan cara untuk bertahan hidup dari kebakaran. Di Australia, misalnya, antechinus berkaki kuning, marsupial kecil mirip tikus, bersembunyi di liangnya yang dalam dan berbatu. Mereka bersembunyi dalam keadaan mati suri hingga api padam.
Kadal berleher jumbai menghindari jangkauan api dengan memanjat bukit atau pohon yang dipenuhi rayap. Namun, saat kebakaran hutan menjadi lebih intens atau berlangsung lebih lama, strategi tersebut dapat menjadi bumerang. Jika api mencapai terlalu tinggi atau api menjadi terlalu panas atau berkobar terlalu lama, bahkan hewan-hewan ini akan mati.
Pelari yang lebih cepat
Spesies lain yang telah lama hidup di daerah rawan kebakaran melakukan apa yang dilakukan manusia. Mereka mengungsi secepat mungkin. Di Amerika Serikat, kadal pagar timur dapat berlari lebih cepat bila habitatnya terbakar.
Namun, tidak jelas apakah ini karena seleksi alam, yang mungkin terjadi jika kadal tidak dapat berlari lebih cepat dari api dan mati. Atau apakah mungkin ada alasan lain mengapa hewan-hewan tertentu menjadi lebih cepat di habitat yang baru saja terbakar.
Memanfaatkan lanskap setelah kebakaran
Beberapa hewan menggunakan lanskap pasca-kebakaran untuk keuntungan mereka. Di California, misalnya, burung hantu tutul sering kali menyusuri tepi hutan yang terbakar parah. Ia berburu mamalia kecil, yang menonjol di antara tanah yang hangus.
Dan hewan lain, seperti pelatuk punggung hitam, bergantung pada kebakaran hutan untuk makanan dan tempat berlindung. Mereka memakan larva kumbang yang hidup di pohon-pohon mati di hutan yang baru saja terbakar. Kemudian membuat sarang di rongga pohon yang mati.
Baca Juga: Seperti 'Neraka', Mengapa Kebakaran Los Angeles Sulit Dipadamkan?
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR