Hampir 20 persen luas lahan Botum Sakor National Park, Kamboja, dijual oleh Pemerintahnya kepada perusahan real estate China. Rencananya lahan yang dikenal penuh dengan spesies terancam punah itu akan digantikan kasino dan resort mewah.
Resort tersebut dilaporkan akan memakan biaya US$3,8 miliar. Pembangunan di dalamnya termasuk jalan tol sepanjang 64 kilometer, bandar udara, hotel, dan lapangan golf. Namun, tidak dijelaskan berapa biaya yang didapat Pemerintah Kamboja untuk penjualan lahan tersebut.
"Kamboja menyerahkan 36.000 hektare lahan kepada pihak asing tanpa ada pengawasan atau manfaat yang jelas untuk masyarakat," ujar peneliti asal Prancis, Mathieu Pellerin, yang tergabung dalam kelompok Hak Asasi Manusia, Licadho, Senin (19/3).
Taman Nasional Botum Sakor dikenal sebagai rumah beberapa spesies terancam punah seperti monyet kecil Hylobates pileatus dan gajah Asia (Elephas maximus). Para peneliti selama ini juga mencatat ada 44 spesies mamalia dan 533 burung di taman seluas 1.712,5 km per segi itu.
Ini belum termasuk beberapa spesies lain seperti bebek sayap putih (Asarcornis scutulata), trenggiling Sunda (Manis javanica), Nycticebus bengalensis, lutung perak Indo China (Trachypithecus germaini), babi rusa (Axis porcinus), atau kura-kura panjang (Indotestudo elongate). Selain itu, pendirian resort ini juga memaksa penduduk yang sudah tinggal di situ selama beberapa generasi, untuk pindah.
Bukan hal baru buat Pemerintah Kamboja menjual lahan konservasinya. Tahun lalu, Pemerintah yang kini menganut sistem ekonomi terbuka itu juga menjual 9.000 hektare lahan dari Taman Nasional Virachey kepada sebuah perusahaan karet. Di tahun 2007, mereka juga memberikan izin pada perusahaan tambang emas Australia, Indochine Mining, untuk mengeksplorasi taman tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR