Para ilmuwan menulis bahwa karena pemberantasan virus "tidak mungkin", dapat diprediksi secara 'hampir pasti' bahwa varian baru akan terus bermunculan.
Analisis prediksi ini disebabkan beberapa varian yang belakangan muncul dalam beberapa bulan terakhir.
"Ini menunjukkan kerentanan yang berkurang terhadap kekebalan yang diperoleh dari vaksin, meskipun tampaknya tidak ada yang lolos sepenuhnya," papar para ilmuwan dalam isi makalah yang dikutip dari CNN, Minggu (01/08/2021).
"Kemungkinan terjadinya ini tidak diketahui, tetapi varian seperti itu akan menghadirkan risiko yang signifikan baik di Inggris maupun internasional."
Mereka memperingatkan, bahwa varian yang akan datang ini bisa saja muncul sebelum vaksinasi tersebar luas. Sebab, virus juga memperoleh keuntungan berupa cara untuk menghindari tingkat kekebalan dari vaksin.
Baca Juga: Seberapa Bahaya Varian 'Delta Plus'? Apa yang Kita Ketahui Sejauh Ini?
Sebelumnya, National Geographic Indonesia mengabarkan, dalam proses memperbanyak diri virus menyalin materi genetiknya. Tetapi dalam situasi kondisi yang acak, proses penyalinan itu mengalami 'kesalahan' yang menyebabkan mutasi.
Mutasi genetik ini mengakibatkan virus corona perlahan bisa melawan daya tahan tubuh. Seiring terjadinya mutasi dalam penyebaran virus, mereka menjadi varian baru yang bisa digolongkan oleh para peneliti.
"Semakin banyak mutasi, semakin banyak perubahan struktur atau fungsi," papar Amin Soebandrio, peneliti dari Lembaga Bio Molekuler Eijkman saat diwawancarai Juni lalu.
Para ilmuwan SAGE menambahkan, "Akumulasi variasi antigen secara bertahap maupun terputus-putus, hingga pada akhirnya membuat pada kegagalan vaksin saat ini."
Maka, mereka merekomendasikan agar pihak berwenang harus berupaya mengurangi penularan sebanyak mungkin. Cara ini adalah yang memungkinkan untuk mengurangi risiko kemungkinan varian baru yang dapat melawan vaksin.
Baca Juga: Alfa hingga Delta: Bagaimana Bisa Virus Corona Memiliki Banyak Varian?
Selain itu para ilmuwan SAGE menyarankan agar penelitian terkait vaksin baru, semestinya tidak hanya mencegah orang sekedar jatuh sakit maupun penyakitnya. Penelitian vaksin harus juga bisa "menginduksi tingkat kekebalan mukosa yang tinggi dan tahan lama".
Mukosa adalah membran yang kita kenal sebagai selaput lendir yang berada di hidung dan mulut.
Para peneliti dari University at Buffalo dan University of Alabama di jurnal Frontiers in Immunology menerangkan kalau bagian ini berperan penting dalam pencegahan penyebaran virus corona.
Makalah yang diterbitkan pada 30 November 2020 itu, menjelaskan sistem kekebalan mukosa adalah kekebalan terbesar, tapi belum menjadi fokus banyak penelitian terkait Covid-19.
Senada dengan makalah tahun lalu itu, para ilmuwan SAGE berpendapat penelitian vaksin untuk memperkuat kekebalan mukosa dapat "mengurangi infeksi dan penularan dari individu yang divaksinasi". Selain itu juga dapat "mengurangi kemungkinan seleksi varian terhadap individu yang sudah divaksinasi."
Prediksi adanya varian baru bukanlah pertama kalinya dilaporkan. Sebelumnya, WHO lewat konferensinya pada 15 Juli, memperingatkan varian itu bisa muncul seiring dengan kasus Covid-19 yang melonjak di seluruh dunia.
WHO juga memprediksi bahwa varian virus corona yang baru dapat lebih berbahaya dan lebih sulit dikendalikan.
Baca Juga: Mutasi Baru COVID-19 Muncul di Beberbagai Negara, Bagaimana Bisa?
Source | : | CNN,WHO,Medical Xpresss,Frontiersin.org |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR