Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) mendesak pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan air dalam peringatan hari Air Sedunia yang jatuh hari ini, Kamis (22/3). Direktur Eksekutif WALHI Yogyakarta, Suparlan, menjelaskan air adalah elemen vital dalam kehidupan manusia dan sudah ditetapkan dalam UUD 1945 sebagai hajat hidup orang banyak. Ironisnya, di Indonesia justru timbul masalah menyangkut air.
"Krisis air di beberapa daerah di Indonesia sudah sangat mengerikan khususnya di wilayah perkotaan. Bahkan di Yogyakarta sendiri, 75 persen air sudah terserang bakteri E-Coli yang membahayakan manusia," kata Suparlan di Yogyakarta, Kamis (22/3)
Suparlan menjelaskan, krisis air ini dipicu oleh konsekuensi logis tingkah laku manusia yang merusak alam. Pemerintah sudah membuat UU Kawasan Lindung, namun pada pelaksanaannya banyak kawasan lindung diubah menjadi kawasan wisata dan pemukiman padat. Pembabatan hutan pun marak terjadi di Indonesia sejak tahun 1998. Gunung-gunung banyak digunduli sehinga air hujan yang mengalir justru menjadi banjir dan tidak diserap. "Akibatnya, masyarakat banyak yang menuntut hak balik atas hutan dengan mengatasnamakan kemiskinan,"tambahnya.
Kedaulatan air juga tak semata-mata dipicu oleh krisis air, melainkan juga peran swasta di Indonesia sangat tinggi. Bahkan pemerintah pun mengakomodasi swasta dalam undang-undang terkait hak guna dan usaha. Ia mencontohkan, di Indonesia, banyak terjadi fenomena pembatasan akses air dari beberapa daerah sumber air yang dikelola dan dikuasai oleh pihak swasta. Usaha pembatasan dengan dalih untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, justru malah menguntungkan swasta.
Untuk mendukung kedaulatan air, perlunya adanya peran negara dalam membuat kebijakan dan strategi aksi. Ada tiga hal penting terkait kedaulatan air, yakni ketersediaan, akses, dan distribusi. Ketersediaan yaitu melindungsi sumber produksi air dan memberikan sistem kelola pada rakyat. Akses berarti berkeadilan untuk semua level rakyat Indonesia atas hak atas air bersih. Sedangkan distribusi mengacu pada bagaimana keadilan dalam proses distribusi kepada rakyat benar-benar diimplementasikan secara transparan dan berkelanjutan.
Sementara itu, puluhan mahasiswa dari Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM, menggelar aksi simpatik peringatan hari air sedunia di bundaran UGM, Kamis (22/3). Aksi ini mengajak masyarakat untuk turut serta menyelamatkan dan memelihara air untuk kelangsungan bumi.
Koordinator aksi Roby Pranata mengungkapkan, penetapan hari air sedunia merupakan momentum untuk mengingatkan dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya air bagi kehidupan untuk dirawat dan diselamatkan.
"Masih banyak manusia yang berperilaku buruk terhadap air. Misalnya menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan berbagai macam limbah. Hal ini mengakibatkan fungsi dasar air sebagai sumber kehidupan menjadi terganggu dan rusak," ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR