Tim Peneliti dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bekerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memanfaatkan teknologi pesawat terbang nirawak (Unmanned Aerial Vehicle -UAV) untuk melakukan pemotretan kubah Gunung Merapi dari udara.
Alasan para peneliti menggunakan pesawat nirawak ini didasarkan pada kondisi aktivitas Merapi yang tinggi dengan frekuensi letusan yang kerap muncul. Dengan demikian diperlukan sistem pemantauan dengan tingkat keamanan yang tinggi, serta persyaratan terbang yang murah dan mudah.
Pesawat kecil ini dibuat dengan menggunakan bahan styroform. Memiliki panjang sekitar 1,2 meter dan panjang sayap 1,6 meter. Dilengkapi sistem terbang otomatis, sehingga dapat terbang bebas sesuai sasaran dan jalur terbang yang telah ditentukan.
“Pesawat ini mampu terbang vertikal dengan ketinggian hingga 3300 meter. Yang kita lakukan, terbang sekitar 400 meter di atas Puncak Merapi dan melakukan misinya terbang selama 30 menit,” kata peneliti Elektronika dan Intsrumentasi FMIPA UGM Tri Kuntoro Priyambodo, Senin (30/4).
Dalam pengambilan gambar di lapangan pada 25-26 April lalu, pesawat nirawak ini dipasang kamera pocket untuk memotret gambar-gambar kondisi di atas puncak gunung Merapi dari berbagai sisi. Hasilnya, sekitar 900 gambar dengan resolusi 12 mega pixel yang berhasil diperoleh.
Selanjutnya gambar-gambar tersebut diolah oleh Tim dari Geofisika UGM yang dipimpin oleh Kirbani S Brotopuspito, untuk menghasilkan foto tiga dimensi untuk memberikan informasi yang lebih rinci. “Gambar diolah menjadi basis data dan informasi 3D tentang bentuk kubah dan penumpukan limpahan lahar pasca erupsi,” katanya.
Ditambahkan oleh Tri Kuntoro, lewat foto tiga dimensi volume lahar dingin dan volume kubah dapat diperhitungkan. “Sumber utama bencana berupa besarnya guguran lahar dapat diperhitungkan. Penting untuk proses mitigasi, evakuasi dan peringatan dini tentang besarnya bencana yang timbul,” imbuhnya.
Ini adalah pertama kalinya Gunung Merapi diamati menggunakan pesawat nirawak. Teknologi ini sangat dimungkinkan untuk digunakan di masa mendatang mengingat kebutuhan pemantauan spasial harus dilakukan secara berkala terhadap Gunung Merapi. Tidak hanya kondisi puncak, direncanakan pula untuk melakukan uji terbang untuk pemotretan area yang lebih luas. Sehingga mencakup seluruh area bahaya dan potensi bahaya Merapi.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR