Nationalgeographic.co.id - Kalender Gregorian jadi yang paling umum digunakan hari ini dalam sistem penanggalan. Hanya saja, format setiap kalender bisa berbeda-beda. Jika kita mengenal format penanggalan Tanggal/Bulan/Tahun, di AS menggunakan Bulan/Tanggal/Tahun.
Sementara Jepang menggunakan format Tahun/Bulan/Tanggal. Format ini merupakan kebalikan dari sistem format umum di Eropa Tanggal/Bulan/Tahun yang dibawa pengaruh modernisasi Jepang. Beberapa kalangan menganggap format Jepang sangat efisien dalam mengelola arsip fail di komputer yang lebih teratur.
Hanya saja, sejatinya setiap kebudayaan memiliki kalender masing-masing, alih-alih selalu menggunakan sistem kalender Gregorian. Hal ini disebabkan karena pelbagai kebudayaan punya sistem perhitungan yang berbeda dalam mengamati musim dan siklus matahari atau bulan dengan tujuan tertentu.
Umat Islam sedunia punya sistem kalender Hijriah yang berkembang semasa Khalifah Umar bin Khattab (584—644 M). Kalender Hijriah mengadopsi sistem lunar yang mana pergantian tanggal terjadi setiap matahari terbenam atau waktu salat maghrib.
Syaban, Zulhijah, Ramadan, Syawal, dan delapan bulan lainnya dalam kalender Hijriah sebenarnya sudah digunakan masyarakat Arab pra-Islam. Sistem kalender telah menjadi budaya yang dipengaruhi secara paralel dengan sistem penanggalan Persia. Umar bin Khattab menetapkan tahun awal dalam kalender Hijriah dengan masa pertama kalinya Nabi Muhammad hijrah.
Suku Maya memiliki sistem kalender yang lebih kompleks dengan mengacu pergerakan matahari, bulan, planet dan bintang, masa panen, dan siklus kehidupan makhluk tertentu. Hal ini membuat kalender Maya punya 20 sistem penanggalan yang tersebar di Amerika Tengah dengan perhitungan yang rumit.
Kalender Tionghoa hampir mirip dengan kalender hijriah, yakni mengikuti pergerakan bulan. Dampaknya, di Indonesia, tidak mungkin jika menemukan hari raya Islam dan Tionghoa pada waktu yang bersamaan. Penggunaannya tersebar di Asia Timur dan Asia Tenggara.
Kalender Tionghoa menggunakan penanggalan berdasarkan bulan baru dan mengikuti sistem duodesimal—10 hari setara dengan 10 matahari dan 12 bulan sama dengan 12 bulan lunar. Kalender Tionghoa membagi waktu astronomis melalui simbolisme bintang (shio).
Perhitungan kalender Gregorian yang lebih pakem
Kalender Gregorian adalah bentuk mutakhir dari kalender Julian yang juga merevisi kalender Romawi. Akar dari sistem kalender ini pun dipengaruhi dari gaya penanggalan Mesir, Babilonia, dan Yunani.
Perhitungan ini sangat tepat dalam menentukan satu hari terdiri dari 24 jam, satu bulan terdiri dari 30-31 hari, dan dalam satu tahun dengan 12 bulan dan 365. Kalender Gregorian memiliki tahun kabisat empat tahun sekali yang di dalamnya terdiri dari 366 hari.
Baca Juga: Sejarah Romawi Memiliki Kalender: Maret Sempat Jadi Bulan Pertama!
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR