Empat bulan lalu pemerintah Amerika Serikat melarang publikasi dua hasil studi tentang bagaimana ilmuwan menciptakan virus flu burung yang mudah menyebar. Namun, saat ini versi revisi dari salah satu jurnal sudah dipublikasikan dengan restu pemerintah AS.
Jurnal Nature mempublikasikan versi revisi pada hari Rabu (2/5) secara online. Makalah itu sengaja direvisi karena pemerintah AS khawatir akan kemungkinan penyalahgunaan informasi oleh bioteroris yang ingin membuat virus untuk tujuan teror. Di sisi lain, para peneliti berpendapat bahwa mempublikasikan hasil penelitian secara detil penting artinya untuk menangani ancaman virus-virus berbahaya.
Sementara itu, paper kedua yang lebih kontroversial karena melibatkan virus yang lebih berbahaya, akan dipublikasikan di kemudian hari di jurnal Science.
Sejumlah ahli mempertanyakan hal yang lebih mendasar dari kemungkinan penyalahgunaan informasi virus oleh bioteroris. Yaitu apakah membuat versi virus flu burung yang berpotensi membahayakan terbilang ide bagus. Dr Eric Toner dari pusat biosecurity University of Pittsburgh Medical Center mengatakan, penelitian seperti ini memang bisa bermanfaat untuk penelitian terkait penanganan flu burung. Akan tetapi ada pertanyaan terkait kalkulasi risiko versus manfaat.
"Dan perhitungan semacam itu harusnya dilakukan di awal saat penelitian akan dilakukan, bukan saat paper siap dipublikasikan," ujar Toner.
Penyakit flu burung banyak menghinggapi unggas di kawasan Asia sejak beberapa tahun lalu. Sejumlah kasus bahkan ditemui pada manusia, meski mereka terjangkit bukan dari manusia lain tetapi dari unggas. Para ilmuwan selama ini khawatir jika seiring dengan bercampurnya virus dengan alam, akan muncul varian virus baru yang mampu berpindah antar manusia. Kondisi tersebut dikhawatirkan menimbulkan pandemi flu.
Penelitian terbaru dilakukan oleh dua tim ilmuwan, satu di laboratoriun di AS dan satunya lagi di Belanda. Mereka menciptakan virus yang mudah menyebar pada musang, yang diibaratkan sebagai manusia. Para ilmuwan ingin meneliti mutasi genetik apa yang memudahkan penyebaran virus. Dengan cara itu ilmuwan dapat mengidentifikasi keberadaan virus-virus berbahaya dan bertindak cepat untuk mencegah pandemi, serta menguji coba vaksin dan obat-obatan.
Yoshihiro Kawaoka dari University of Wisconsin-Madison, yang mengetuai penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature menjelaskan, ia dan rekan-rekannya membuat hibrid virus flu burung dan flu manusia, dan mengidentifikasi mutasi yang memungkinkannya mengebar melalui udara antar musang. Hasilnya, tidak satupun dari musang-musang tersebut mati. Para peneliti juga menemukan bukti bahwa vaksin-vaksin yang ada saat ini sudah bisa melindungi manusia dari virus hibrid tersebut.
Para peneliti mengatakan, mereka tidak tahu apakah keempat mutasi yang berhasil diidentifikasi akan membuat flu burung yang ada di alam menjadi lebih mudah menular. Akan tetapi menurut mereka, hasil studi yang sudah dilakukan sekiranya dapat membantu ilmuwan untuk mengetahui mutasi lain dan memahami apa yang menyebabkan flu burung menyebar pada manusia.
Penulis | : | |
Editor | : | Yunanto Wiji Utomo |
KOMENTAR