Kekhawatiran melanda pasar ikan Jepang dan Amerika Serikat saat dipastikan Pasific bluefin tuna (Thunnus orientalis) terpapar radioaktif akibat kebocoran reaktor Fukushima Daiichi, Jepang. Ikan ini diketahui mengandung cesium-134 dan cesium-137, dua zat radioaktif yang berbahaya.
Level kedua cesium ini sepuluh kali lebih tinggi dari yang pernah ditemukan dalam tuna di pantai California setahun sebelumnya. Jumlah ini pun tetap di atas level aman untuk dikonsumsi baik dari strandar AS maupun Jepang.
Ini adalah pertama kalinya ditemukan adanya migrasi hewan pembawa radioaktif dalam jarak yang cukup jauh. "Terus terang kami pun agak terkejut," kata Nicholas Fisher salah satu peneliti yang menuliskan penemuan ini di Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin (28/5).
Reaktor Fukushima Daiichi mengalami kebocoran pasca gempa dan tsunami yang melanda Negeri Sakura itu pada Maret 2011. Lima bulan pasca bencana, Fisher of Stony Brook University di New York meneliti Pacific bluefin tuna yang ditangkap di lepas pantai San Diego. Dari 15 tuna yang tertangkap, kesemuanya mengandung cesium-134 and cesium-137.
Dalam penelitian sebelumnya diketahui jika kebocoran ini berpengaruh pada ikan-ikan kecil dan plankton. Namun, para pakar tidak menyangka jika ikan sebesar Pasific bluefin tuna - mencapai panjang tiga meter dan bobot 450 kilogram - juga bisa terpapar kandungan ini.
Sebab, dikatakan jika ikan sebesar itu mampu memetabolisme dan memecah zat radioaktif di tubuhnya. Zat ini diketahui berasal dari air laut dan makanan yang dikonsumsi bluefin tuna seperti cumi-cumi.
Bluefin tuna makin rentan dengan zat radioaktif mengingat mereka bertelur di lepas pantai Jepang dan berenang ke timur menuju perairan California dan ujung Baja California, Meksiko. Semakin mereka berenang ke timur, sekian persen zat radiasi berhasil dipecah melalui proses metabolisme dan membuat tubuh mereka membesar.
Meski demikian, nampaknya ikan ini gagal mengeluarkan seluruh zat yang berbahaya dari tubuhnya. "Di sana itu lautan yang luas. Untuk mengarunginya dan radionuklida ini masih bertahan, sangatlah luar biasa," ujar Fisher lagi.
Pacific bluefin tuna selama ini menjadi ikan primadona di restauran mewah Jepang. Satu slice-nya bisa setara harga daging merah --sekitar Rp228 ribu-an. Sekitar 80 persen Pacific bluefin tuna di dunia dikonsumsi oleh warga Jepang.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR