Lewat pengamatan dan analisis satelit dari U.S.National Snow and Ice Data Center (NSIDC) diperkirakan batas lautan es di Kutub Utara akan mencapai titik terendahnya, melebihi rekor paling rendah sejak tahun 2007.
Es yang bertahan di bawah rata-rata dan belum pernah terjadi sebelumnya. "Ini menandakan (tahun ini) akan menjadi tahun batas es rendah (low-ice), mungkin di bawah rekor 2007, meski masih agak terlalu dini untuk mengatakannya sekarang," ungkap Walt Meier, ilmuwan peneliti NSIDC dikutip oleh LiveScience, Senin (18/6).
Meier menyatakan, beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat derajat pencairan adalah pola angin, aliran air yang melalui Selat Bering, kadar keberawanan langit, dan jumlah turunnya salju.
Para pakar dan peneliti menuding serangkaian fluktuasi cuaca dan alam yang menghasilkan fenomena es di titik terbawah ini. Di antaranya terkait pemanasan global yang menyebabkan emisi gas rumah kaca, serta pola angin tidak menentu akibat perubahan iklim.
"Suhu es yang rendah pun membuat es lebih tipis, lebih rentan mencair pada musim panas," kata Meier. Titik balik musim panas atau titik paling utara (summer solstice) 2012 sudah diperhitungkan jatuh pada sekitar 21 Juni.
Ia menambahkan penjelasan, "Memasuki musim panas, Matahari akan makin berkurang, bergeser dari atas Arktik. Namun, panas yang telah tersimpan dalam air nampaknya dapat melanjutkan proses pencairan es."
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR