Lebah tua yang diberi tugas menjaga sarang dan bayi-bayi lebah ternyata bisa mengembalikan fungsi otaknya seperti waktu muda. Pengembalian fungsi otak ini berbalik dengan kondisi manusia yang bisa mengalami demensia (kehilangan kemampuan mental yang disebabkan gangguan organik atau fungsi otak) karena usia tua.
Demikian hasil penelitian para pakar dari Arizona State University (ASU) yang dipublikasikan dalam jurnal sains Experimental Gerontology, 3 Juli 2012. Dalam penelitian ini, pihak ASU bekerja sama dengan Norwegian University of Life Sciences.
Dipimpin oleh seorang profesor bernama Gro Amdam, tim ini menemukan lebah tua yang diberi tugas sosial di dalam sarang mengalami perubahan struktur molekul otak. Penemuan ini dilakukan berdasarkan rasa penasaran atas penelitian sebelumnya. Yaitu, lebah yang tidak lagi mengasuh bayi-bayi di dalam sarang mengalami penuaan dengan cepat.
Maka itu Amdam dan timnya mencoba metode terbalik dengan menempatkan lebah tua kembali ke dalam sarang, menjaga penerus generasi mereka."Kami mengajukan pertanyaan, apakah yang terjadi jika meminta lebah-lebah tua untuk kembali menjaga bayi larva lagi?" kata Amdam.
Dalam percobaan, para peneliti memindahkan semua lebah muda dari sarang. Meninggalkan hanya ratu dan bayi lebah. Ketika peran lebah muda diganti dengan lebah tua, aktivitas di dalam sarang berkurang selama beberapa hari.
Kemudian, seperti ada pembagian tugas, sebagian lebah tua ini pergi mencari makan. Sedangkan sisanya menjaga sarang dan bayi-bayinya. Sepuluh hari kemudian, para peneliti menemukan sekitar 50 persen dari lebah tua penjaga sarang memiliki kemampuan belajar banyak hal secara signifikan.
"Mungkin intervensi sosial membuat Anda berubah dalam mengatasi berbagai masalah dengan lingkungan sekitar. Ini adalah sesuatu yang bisa kita lakukan sekarang untuk membuat otak kita selalu muda lagi," kata Amdam.
Bukan hanya kemampuan belajar hal baru, ada juga perubahan dalam protein di dalam otak lebah-lebah ini. Ditemukan dua protein, yakni Prx6, protein yang juga ditemukan di manusia dan bisa mencegah demensia. Protein kedua disebut protein pendamping. Disebut demikian karena protein ini melindungi protein lain dari kerusakaan saat otak atau jaringan lain terpapar oleh sel yang mencapai level stres.
Penemuan ini membuka jalan bagi para pakar untuk menemukan obat yang bisa mengembalikan fungsi otak pada manusia. Namun, kendala utama adalah penelitian dan percobaan yang diperkirakan memakan waktu panjang --30 tahun.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR