Untuk melestarikan bahasa daerah sebagai salah satu hasil kebudayaan Indonesia, kamus kedokteraan bahasa Jawa pun diciptakan. Kamus kedokteraan berbahasa unik ini diharapkan bisa mempermudah komunikasi antara dokter dan pasien bila berhadapan dengan pasien yang berasal dari provinsi Jawa.
Inovasi kamus kedokteraan Jawa ini digagas oleh empat mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang berhasil menjadi finalis Pekan Ilmiah Nasional (Pimmas) 2012 di bulan Juli. Mariana Ulfa, Birrul Qodriyah, Mutik Sri Pitajeng, dan Nurul Abdul Aziz, inilah mereka.
“Bahasa Jawa sangat menarik untuk dipelajari, memiliki tingkatan bahasa seperti bahasa ngoko, krama alus, serta krama inggil. Dengan kekayaan bahasa yang dimilikinya, perlu adanya pelestarian agar tidak punah di masa mendatang,” papar Mutik di Yogyakarta, Kamis (5/7).
Ide penuangan bahasa Jawa ini dipicu atas keluhan dokter khususnya dari luar negeri yang tidak paham bila berkomunikasi dengan pasien Jawa. Padahal, komunikasi yang baik sangat dibutuhkan untuk proses penyembuhan pasien.
“Kamus ini akan sangat dibutuhkan karena banyak orang Jawa tersebar di tanah air. Dengan kamus ini, dokter bisa mendapatkan dengan detail apa yang dikeluhkan pasien,” katanya.
Mutik menceritakan, kamus ini berisi kosakata bahasa Jawa (dari bagian kepala hingga kaki) yang dihubungkan dengan istilah kedokteraan. Tak hanya itu, percakapan bahasa Jawa juga tercantum di dalamnya. Saat ini sudah ada 200 kosakata yang dituliskan dan diterjemahkan dalam bahasa Latin dan Inggris (selain bahasa Indonesia).
“Kamus ini sudah diujicobakan dan banyak mendapat respon dari para dokter di beberapa rumah sakit di Yogyakarta. Kamus ini menolong mereka dalam berkomunikasi dengan pasien yang menggunakan bahasa Jawa,” tambahnya.
Ia menambahkan, kamus ini akan diproduksi massal ke seluruh Indonesia karena ini adalah kamus kedokteraan pertama dengan menggunakan bahasa Jawa.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR