Pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia terbilang rendah. Padahal, masalah kesehatan kompleks dan disparitasnya tinggi. Hal itu mengemuka dalam diskusi para pakar dari Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) di Indonesia, Kamis (19/7).
Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Angela Kearney, menyatakan prihatin atas minimnya anggaran dan pengeluaran untuk pelayanan dan promosi kesehatan. Kearney membandingkan dengan anggaran pendidikan yang mencapai 20 persen. Padahal, kesehatan menjadi salah satu indikator pembangunan manusia, bersama dengan pendidikan.
Anggaran di Kementerian Kesehatan 2,1 persen dari APBN 2012. Presentase itu lebih rendah dibandingkan dengan amanat Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang mensyaratkan anggaran kesehatan lima persen.
Pengeluaran kesehatan hanya tiga persen dari produk domestik bruto (PDB). Di negara-negara yang status kesehatan masyarakatnya jauh lebih baik, pengeluaran untuk kesehatan mencapai 10-15 persen PDB.
Kearney mengatakan, keterbatasan anggaran membuat sektor-sektor swasta perlu dilibatkan dan disinergikan, terutama untuk membangun kesehatan masyarakat di sekitar mereka. Perlu ditingkatkan pula promosi kesehatan untuk perubahan ke arah perilaku hidup sehat yang mampu mendongkrak staus kesehatan masyarakat.
Water, Sanitation, and Hygiene Specialist UNICEF Claire Quillet mencontohkan, mencuci tangan sangat murah dan dapat menurunkan 30 persen diare pada anak di bawah usia lima tahun. Peningkatan status kesehatan anak merupakan indikator target Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals)
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR