Nationalgeographic.co.id—Mongolian Empires atau dikenal dengan sebutan Kerajaan Mongol, sangat identik dengan nama "Genghis Khan". Kekaisaran Mongol yang berstatus sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia pada abad ke-13, tak lepas dari perannya. Kekaisaran Mongol berjaya kurang lebih 2 abad (1206-1368) sebelum akhirnya terpecah dan diteruskan oleh para keturunan Genghis Khan.
Genghis Khan dilahirkan dengan nama Temüjin. Lahir di Pegunungan Kenthii, Mongolia pada 1162 (menurut versi History of Yuan). Ia memimpin Kekaisaran Mongol dan melakukan invasi hampir ke seluruh daratan Asia, hingga dilanjutkan oleh keturunannya, Kubilai Khan yang menginvasi wilayah Nusantara (sebelum Majapahit berdiri).
Pasukan Mongol dikenal dengan kecepatan Kavalerinya, maka dari itu, Genghis Khan sering kali menang dalam medan pertempuran. Hal itu membuat dirinya tak lepas dari penawanan para wanita yang kemudian dijadikan haremnya. Tatiana Zerjal bersama timnya merilis laporan yang dimuat dalam jurnal The National Center for Biotechnology Information dengan judul The Genetic Legacy of The Mongols yang diterbitkan pada 2003.
"Sebagian besar pria di dunia adalah keturunan langsung Genghis Khan. Dengan garis langsung, mereka (sebagian pria di dunia) membawa kromosom Y yang tampaknya diturunkan dari seorang individu yang hidup kira-kira 1.000 tahun yang lalu". Pernyataan tersebut lantas menjadi sebuah teka-teki. "Karena kromosom Y hanya diturunkan dari ayah ke anak, itu berarti bahwa Y adalah catatan garis keturunan seseorang" Zerjal dan tim melanjutkan.
Di wilayah Mongolia saja, terdapat sekitar 8 persen populasi pria memiliki kemiripan identik dengan kromosom Y milik Genghis Khan.
"Jadi saya berasumsi dalam 25 tahun, Anda akan mendapati sekitar 30 pria antara saat itu sampai saat ini memiliki genetika identik. Dalam istilah yang lebih kuantitatif, kuang lebih 10% pria yang tinggal di wilayah perbatasan Kekaisaran Mongol seperti pada saat kematian Genghis Khan, dapat membawa kromosom Y-nya, dan kurang lebih 0,5% populasi pria di dunia, atau sekitar 16 juta individu hidup hari ini merupakan keturunannya" Tulis Razib Khan kepada Discover dengan judul 1 in 200 Men Are Direct Descendants of Genghis Khan.
Baca Juga: Tionghoa Kalimantan Barat: Ekspedisi Kubilai Khan Sampai Mangkuk Merah
Serikbai Abilev dalam karyanya berjudul Y Chromosome C3* Star Cluster Associated with Genghis Khan's Descendants Come with High Frequency in Kerey Clan from Kazakhstan menegaskan bahwa "pernyataan-pernyataan tersebut (lihat laporan Zerjal dan tim) hampir tidak dapat diverifikasi kebenarannya berdasarkan data yang tersedia saat ini.
Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa star-cluster kromosom Y C3*, yang dianggap berasal dari Genghis Khan, sebenarnya merupakan penanda genetik dari klan Kerey Khan (masih keturunan Genghis Khan)".
Abilev memberi penguatan, "akibatnya, yang tampak menjadikan Genghis Khan memiliki klan terbesar yang dikenal di dunia, berasal dari nenek moyang laki-laki yang sama" tutupnya. Menurut Abilev, Kromosom Y yang kini tersebar, bukan hanya berasal dari genetika Genghis Khan saja, melainkan juga telah diturunkan pada klan berikutnya, seperti halnya Kerey Khan yang pernah berkuasa di Kazakhstan pada tahun 1465 sampai dengan 1473.
Baca Juga: Arkeolog Identifikasi Kamp Musim Dingin Genghis Khan yang Hilang
Banyak ilmuwan mempercayai bahwa Genghis Khan telah meninggalkan legacy berupa jutaan keturunan, bagi pria yang memilki kromosom Y C3*. Abilev menjelaskan untuk dapat memastikan kebenaran data, perlu dilakukan penggalian langsung ke makam Genghis Khan, untuk mengambil kromosom Y miliknya.
Hanya saja, kematian Genghis Khan tidak diketahui, bahkan jasadnya belum diketemukan sampai hari ini. Hal unik yang mungkin perlu diketahui adalah adanya penyakit genetika dari Genghis Khan, yakni nyeri di kaki saat berusia tua. Bisa jadi, kamu adalah keturunan Genghis Khan.
Baca Juga: Gerakan Rahasia White Lotus dan Hancurnya Dinasti Mongol di Tiongkok
Source | : | discovermagazine.com,elsevier.com |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR