Pernahkah Anda memperhatikan anjing menggoyangkan tubuhnya untuk mengeringkan diri dari air? Goyangan yang terlihat sederhana ini ternyata mampu mengeluarkan 70 persen air dari bulunya hanya dalam waktu satu detik.
Bukan hanya anjing, mamalia berbulu lainnya juga menggunakan mekanisme pengeringan diri sama. Tikus, kucing, kambing, sapi, singa, harimau, beruang, panda, memiliki gaya sentrifugal yang sama untuk mengeringkan air.
Kekuatan goyangan tubuh dan frekuensinya tergantung dari ukuran si mamalia. Agar menghasilkan gaya yang sama, mamalia lebih kecil menggoyangkan tubuh lebih cepat dibanding mamalia besar. Anjing besar menggoyangkan tubuhnya tiga atau empat kali dalam satu detik. Sedangkan tikus kecil sebanyak 30 kali. Kekuatan daya pengeringan juga tergantung dari besarnya goyangan tubuh si binatang.
Ini merupakan hasil penelitian dari David Hu, profesor teknik mesin dan biologi dari Georgia Tech, Amerika Serikat. Dalam penelitian yang dilakukan bersama para mahasiswanya, ditemukan pula jika kemampuan mengeringkan diri ini dimiliki oleh 30 hewan berbulu lainnya.
Bulu merupakan pelindung tubuh hewan di udara dingin. Namun, bulu ini bisa menyebabkan kesukaran ketika kuyup karena air. Namun, tidak semua mamalia memiliki kemampuan ini. Manusia contohnya, kita tidak bisa menerapkan pengeringan diri ini. Hu pernah mencobanya ketika selesai mandi dan lupa membawa handuk.
"Manusia tidak punya bulu, kemungkinan nenek moyang kita kehilangan kemampuan (mengeringkan diri) dalam perjalanan evolusi," kata Hu. Mamalia lain yang juga tidak bisa melepaskan air dari tubuhnya adalah guinea pig tak berbulu. "Mereka hanya bisa meringkuk dan gemetaran," ujar Hu.
Ditambahkannya, konsep pengeringan ini bisa diadaptasi dalam teknologi buatan manusia. Sebagai contoh, diaplikasikan pada robot penjelajah Planet Mars yang bisa membersihkan panel suryanya dari paparan debu.
Hasil penelitian Hu dan dua mahasiswanya, Andrew Dickerson dan Zachary Mills, dirilis dalam Journal of the Royal Society Interface.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR