Nationalgeographic.co.id—Istilah "harem" sering kali dikaitkan dengan gambaran wanita cantik yang terpaku pada kesenangan seksual Sultan.
Narasi ini memunculkan bayangan wanita tertindas, terenggut kebebasannya dan terkurung dalam sangkar emas.
Kenyataannya, "harem" era Ottoman jauh lebih kompleks dan menarik daripada gambaran yang sering digambarkan.
Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang "harem" Ottoman, di balik mitos 'taman bermain seksual' Sultan, terbentang kisah wanita-wanita kuat yang memainkan peran penting dalam politik dan sosial Kekaisaran.
Para wanita di "harem" Ottoman bukan sekadar budak yang terkungkung dalam kesenangan duniawi.
Mereka adalah individu cerdas dan berpengaruh yang terlibat dalam berbagai aspek kehidupan istana, mulai dari pendidikan dan administrasi hingga politik dan diplomasi.
Lebih dari Sekedar Selir
Melansir Owlcation, pada era Ottoman para wanita di harem terbagi menjadi dua kelompok: istri dan kerabat Sultan, serta para budak. Budak yang dibawa dari berbagai penjuru dunia menjadi kelompok yang lebih besar.
Sultan memiliki istri sah yang dinikahinya untuk menjalin aliansi dan melanjutkan dinasti. Selain itu, ia juga memiliki banyak selir budak yang difokuskan pada reproduksi.
Selir memasuki harem pada usia muda dan melepaskan diri dari kehidupan masa lalu mereka. Di harem, mereka mendapatkan pendidikan dalam berbagai hal, mulai dari tata krama dan tradisi istana hingga menari dan matematika.
Performa mereka diawasi dengan cermat, dan yang paling cerdas dan terpandai diberi tanggung jawab penting seperti mengelola keuangan harem dan kegiatan administrasi.
Baca Juga: Riwayat Ganja dalam Militer dan Masyarakat Sipil Kekaisaran Ottoman
KOMENTAR