Nationalgeographic.co.id—Ganja telah digunakan selama ribuan tahun untuk berbagai tujuan, termasuk sebagai sumber serat, makanan, obat-obatan, dan bahkan sebagai bahan untuk ritual keagamaan. Tak terkecuali Kekaisaran Ottoman, salah satu kekuatan Islam terbesar dalam sejarah dunia.
Selama kejayaan Kekaisaran Ottoman, ganja yang dibudidayakan adalah varietas ganja rami, yang ditujukan untuk keperluan industri. Bagi masyarakat lokal, tanaman ini dikenal sebagai “kendir”, merujuk pada nama serat yang dibuat darinya.
Di tangan penduduk Ottoman, berbagai produk diciptakan, seperti tali jangkar, kain layar, jaring ikan, cambuk, dan penggunaan maritim lainya. Berbagai olahan ini sangat dibutuhkan oleh militer Kekaisaran Ottoman, khususnya angkatan laut.
Budidaya Ganja di Kekaisaran Ottoman
Ganja pertama kali ditanam di daerah beriklim sedang di Asia Timur. Kemudian, menyebar ke Asia Barat, Anatolia, Mesir, dan Eropa.
Menurut Erhan Afyoncu, dilansir dari laman Daily Sabah, di wilayah Kekaisaran Ottoman, ganja sebagian besar dibudidayakan di sekitar wilayah Laut Hitam.
“Budidaya ganja sangat luas di provinsi Samsun, Sinop, Kastamonu, Amasya, Corum, Tokat, Yozgat, Ordu, Burdu, Urfa, dan Malatya,” kata Erhan. “Itu juga dibudidayakan di distrik Taskopru, Vezirkopru, Gumushacıkoy, Merzifon, Carsamba, Terme, Unye, Fatsa, Odemis, Ban, Suruc dan Birecik.”
Di Sinop, Kastamonu, Taskopru dan Vezirkopru, ganja rami tak hanya dibudidayakan, namun juga diproses dan diubah menjadi berbagai produk.
Kastamonu merupakan wilayah paling subur dalam hal pertanian ganja. Namun, Taskopru dan tempat-tempat di sekitarnya yang justru menjadi tempat di mana ganja paling banyak dibudidayakan.
Penduduk setempat biasa menjual sebagian hasil panen dan menggunakan sisanya untuk memproduksi barang-barang seperti kain, benang, tali, dan karung. Dengan demikian, industri-industri kelas rumahan terus mengalami perkembangan di wilayah-wilayah tersebut.
Baca Juga: Seperti Apa Palestina di Bawah Pemerintahan Kekaisaran Ottoman?
Source | : | Daily Sabah,Scielo |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR