"Minggir..!" tegas seorang nahkoda lalu memberi perintah melalui handy talky. Sejurus kemudian, kapal mengarah sedikit ke kiri. Menghindari perahu karet kecil yang terjebak di lintasan kapal pimpinan sang nahkoda. Penumpang KR Baruna Jaya III, nama kapal tersebut, bernapas lega. Tak ada korban jiwa di perjalanan mereka.
Itu adalah sepenggal kejadian tak terduga saat KR Baruna Jaya III pulang mengelilingi pulau sekitar Morotai, Maluku Utara, Kamis (13/9). Perintah tegas yang berhasil menyelamatkan nyawa sepuluh penumpang perahu karet berasal dari nahkoda Baruna Jaya III, Tiur Maida. Satu-satunya nahkoda perempuan untuk kapal riset di Indonesia.
Baruna Jaya III merupakan kapal milik Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT). Kapal buatan Prancis ini dibuat pada tahun 1989 dan sudah mengelana Indonesia demi kepentingan penelitian. Tiur, demikian sapaan sang nahkoda, menjadi master bagi kapal ini sejak tahun 2009. "Sebenarnya masih ada dua perempuan lagi di kapal Baruna Jaya, tapi mereka menjadi mualim," kata Tiur.
Sebagai satu-satunya kaum hawa, Tiur memiliki beberapa kendala. Tapi secara teknis, tanggung jawabnya sebagai nahkoda sama rata dengan kaum adam. "Tantangan terbesar paling hanya pembawaan diri. Bagaimana memberi perintah pada cowok," tambah perempuan ramah itu.
Bersama Tiur, Baruna Jaya III akan ikut dalam parade Sail Morotai 2012 pada 15 September mendatang. Tiur dan kapal risetnya akan bergabung dalam formasi kapal pemerintahan dan kepolisian. "Tahun lalu kami tidak ikut serta dalam acara Sail Banda. Jadi satu kehormatan bisa ikut dalam Sail Morotai tahun ini," tegas lulusan Akademi Ilmu Pelayaran itu.
Dikatakan Yudi Anantasena, Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT, Tiur berhasil memimpin Baruna Jaya III untuk pemasangan buoy --alat pemantau laut dan atmosfer. Selepas Sail Morotai, mereka akan menuju Papua untuk pemasangan buoy milik Jepang. "Secara teknis, tidak ada perbedaan antara Tiur dengan nahkoda laki-laki. Tidak ada masalah gender di sini," ujar Yudi.
Jelajah indahnya Morotai
Menggunakan Baruna Jaya III, rombongan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI berkelana di pulau sekitar Pulau Morotai. Diawali dengan menjejak Pulau Zum-Zum atau dikenal sebagai MacArthur Island --sesuai nama Jenderal Amerika Serikat di Perang Dunia II.
Pulau yang berjarak 20 menit itu tenar dengan peninggalan PD II. Termasuk lubang bunker, goa pusat komando, dan pendaratan apmhibi. Sebagai penanda, didirikan patung baru MacArthur di halaman muka Pulau Zum-Zum.
Sedikit berpindah, rombongan tiba di Pulau Dodola. Ternama dengan dua pulau kembarnya, Dodola Besar dan Dodola Kecil, yang terpisah saat air pasang. "Biasanya air mulai pasang pada pukul 12.00 hingga sore hari," ujar salah satu mahasiswa asal Morotai yang ikut dalam rombongan.
Perbedaan warna air yang sangat kentara memisahkan perairan dangkal dan dalam. Beberapa wisatawan tak tahan dengan godaannya, mencemplungkan diri dalam air laut Dodola.
Nyaris setengah hari dihabiskan di dua pulau ini. Berakhir dengan Baruna Jaya III membawa kembali rombongan ke Pelabuhan Daruba 2, Morotai. Di perjalanan, Tiur sebagai nahkoda berhasil menyelamatkan hari para penumpangnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR