Posisi Indonesia sebagai bagian dari globalisasi dunia memberikan berbagai dampak. Salah satunya penggunaan bahasa asing yang menjadi demikian umum di masyarakat.
Bahasa asing masuk ke berbagai sendi kehidupan bangsa dan memengaruhi perkembangan Bahasa Indonesia. Gejala muncul ini terlihat dari penggunaan bahasa asing di pertemuan resmi, media massa, dan media luar ruang di tempat umum.
Selain bahasa asing, penggunaan bahasa daerah khususnya Melayu Jakarta dan bahasa "gaul" telah mewarnai penggunaan Bahasa Indonesia lisan. Kondisi ini membuat Bahasa Indonesia yang jadi ciri identitas bangsa meluntur.
"World class mindset cenderung meninggalkan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia sebagaimana terlihat dari nuansa ketidakhadiran Bahasa Indonesia di ruang publik," ujar Kepala Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Muhadjir dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Jumat (21/9).
Untuk pengembangan Bahasa Indonesia sebagai bahan rujukan dan peningkatan mutu, diterbitkan beberapa gerakan. Di antaranya pencanangan "Gerakan Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan" pada 2 Mei 2002; Pengembangan Perpustakaan; dan Hari Buku Nasional pada 17 Mei 2002.
Ditambahkan Kabid Pembelajaran Kemendikbud Fairul Zabadi, Bahasa Indonesia wajib disampaikan secara baik dan benar. "Karena salah satu fungsi bahasa adalah sebagai pemersatu dan penanda kepribadian bangsa. Membangkitkan kesetiaan orang terhadap bahasa itu," ujarnya.
Bahasa punah
Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan manusia bisa hilang. Paling terancam adalah bahasa yang digunakan di berbagai tempat terpencil di dunia.
Dalam zaman yang kian mengglobal, terhubung, dan homogen, bahasa yang dipakai di tempat terpencil tidak lagi terlindung oleh batas negara atau batas alam dari bahasa yang mendominasi dunia komunikasi dan perdagangan.
Dalam artikel Suara-Suara yang Sirna di National Geographic Indonesia edisi Juli 2012 disebutkan satu bahasa punah setiap 14 hari. Sebelum abad berganti, hampir setengah dari sekitar 7.000 bahasa yang dipakai di bumi mungkin akan punah, karena masyarakat mengganti bahasa ibunya dengan bahasa Inggris, Mandarin, atau Spanyol.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR