Matahari mulai bersinar terik, namun angin gunung berhawa dingin mulai menerpa wajah kami. Di ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), kami merayakan torehan prestasi menggapai salah satu puncak api tertinggi di Indonesia, Rinjani. Kami merayakannya bermacam rupa, menangis haru, bersujud mencium tanah, hingga mengibarkan bendera Indonesia.
Rinjani yang merupakan gunung api bertipe strato dengan kaldera berdanau ini diperkirakan memiliki tinggi 5.000 mdpl pada zaman tersier (lebih dari 600.000 tahun lalu). Aktivitas tektonik vulkanik dalam skala besar mengambil andil besar dalam perubahan bentuk Rinjani serta munculnya kerucut Gunung Baru Jari (2.376 mdpl).
Aktivitas tektonik vulkanik Rinjani juga memunculkan kaldera luas menampung air, masyarakat lokal menamainya Danau Segara Anak. Luas Danau ini mencapai 2400x2800 meter, menjadikan salah satu danau vulkanik aktif terbesar di bumi.
Bagi para wisatawan yang datang, Rinjani ibarat magnet yang memanggil alam batin untuk merasakan pesona alam yang luar biasa. Lanskap berupa padang sabana, jalur perbukitan dipayungi cemara gunung, tanjakan batu menuju puncak ditumbuhi bunga edelweiss hingga Danau Segara Anak siap memanjakan para pendaki.
Mendaki Rinjani pun semakin mudah dengan kehadiran para porter dan pemandu yang ada di bawah naungan Rinjani Trek Management Board (RTMB), sebuah organisasi yang digerakkan oleh masyarakat lokal. Di dua pintu pendakian, Jalur Senaru dan Jalur Sembalun, tersedia pula Rinjani Information Center untuk menambah wawasan para pendaki mengenai Gunung Rinjani.
Menggapai puncak Rinjani, kami memilih pintu masuk dari Desa Sembalun. Jalurnya dipenuhi padang sabana luas, keindahan alam yang luar biasa melihat rumput menguning dengan latar Gunung Rinjani di kejauhan menjadi pemandangan selama di perjalanan.
Selepas dari Pos III, para pendaki akan frustrasi melewati Bukit Penyesalan. Di bukit ini, pameo penyesalan selalu datang belakangan, tidaklah tepat. Penyesalan yang dimaksud ternyata "penyesalan selalu datang lebih awal saat melihat bukit yang tak kunjung usai untuk didaki."
Kami tiba di Plawangan Sembalun saat hari senja. Inilah lokasi pendirian tenda terakhir sebelum perjalanan ke puncak Rinjani. Pendaki yang ingin ke puncak Rinjani, biasanya akan memulai pendakian pukul 02.00 dini hari dengan estimasi waktu tiba di puncak saat matahari terbit. Namun tak jarang estimasi itu berubah, seperti kami yang baru tiba di puncak pukul 08.30.
Puncak Rinjani menawarkan pesona keindahan. Dari ketinggian 3.726 mdpl saat cuaca cerah, pendaki bisa melihat puncak Gunung Agung di barat dan Puncak Tambora di timur.
Di hari yang sama, kami melanjutkan perjalanan menuju Danau Segara Anak. Tak jauh dari tempat kami mendirikan tenda, terdapat sumber air panas. Seperti bidadari yang menemui telaga untuk membasuh diri dalam dongeng-dongeng, kami pun tak kalah centil membasuh badan sembari bersandar di batu. Sayangnya tak ada Jaka Tarub genit mengintip, kecuali kera-kera gunung yang sedari tadi mengambil posisi untuk mencuri pakaian kami jika kami lengah.
Segara Anak menjadi tempat bermalam terakhir bagi kami. Perjalanan menuruni Rinjani kami putuskan untuk lewat Desa Senaru. Lama perjalanan dari Segara Anak hingga pintu Desa Senaru dapat ditempuh dalam waktu 11 jam.
Kami menyisir bibir Danau Segara Anak, melewati tanjakan bebatuan yang ditumbuhi pepohonan cemara gunung dan melewati hutan hingga tiba di pintu Desa Senaru selepas senja. Rinjani memang memesona siapa saja tanpa terkecuali.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR