Analisis mikrobioma, mikroba yang hidup di tubuh tikus, menunjukan perubahan signifikan yang terkait dengan puasa dan perlindungan terhadap infeksi. Meski, diketahui juga bahwa puasa tidak sepenuhnya melindungi tikus bebas dari bakteri Salmonella, yang dibiakkan dengan kekurangan mikrobioma normal.
"Oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa puasa dapat melindungi inang dari infeksi bakteri usus, sebagian melalui aksi mikrobioma usus," tulis para peneliti.
Hasil tersebut menunjukan bahwa beberapa perlindungan disebabkan oleh efek puasa pada mikrobioma. Dan hasil percobaan menggunakan bakteri lain, yaitu Campylobacter jejuni menegaskan bahwa efek puasa tidak terbatas pada Salmonella. Campylobacter jejuni merupakan penyebab umum keracunan makanan di Eropa dan Amerika.
Baca Juga: Spesies Bakteri yang Amat Tangguh Ditemukan, Bisa Berkembang di Beton
“Data ini menunjukkan bahwa puasa terapeutik atau pembatasan kalori memiliki potensi untuk memodulasi penyakit gastrointestinal menular dan berpotensi tidak menular secara menguntungkan,” kata para peneliti.
Para peneliti mengatakan, penelitian mereka menyorotiu perang penting yang dimainkan makanan dalam mengatur interaksi antara inang, Bakteri enterik patogen (bakteri yang umum menginfeksi saluran pencernaan) dan mikrobioma usus.
"Ketika makanan terbatas, mikrobioma tampaknya menyerap nutrisi yang tersisa, mencegah patogen mendapatkan energi untuk menginfeksi inangnya," jelas peneliti.
Penelitian lebih lanjut, menurut peneliti, masih diperlukan karena puasa atau menyesuaikan asupan makanan dapat dimanfaatkan secara terapeutik untuk memodulasi penyakit menular di masa depan.
Baca Juga: Bakteri dari Luar Angkasa Dapat Mengancam Sistem Kekebalan Tubuh Manusia
Source | : | PLOS Pathogens |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR