Meskipun saluran pencernaan menjadi tempat utama penyerapan nutrisi dan jalur umum terjadinya infeksi, penelitian selama ini belum memeriksa bagaimana puasa mengubah respon tubuh terhadap infeksi bakteri. Para peneliti kemudian mencari tahu hubungan antara infeksi bakteri dan hilangnya nafsu makan pada manusia dan hewan.
Pada penelitian tersebut, tikus yang dipuasakan selama 48 jam sebelum dan selama infeksi mulut dengan bakteri invasif Salmonella enterica serovar Typhimurium. Bakteri tersebut merupakan penyebab umum penyakit bawaan makanan pada manusia.
Hasilnya, puasa menurunkan tanda-tanda infeksi bakteri dibandingkan dengan tikus yang diberi makan. Tanda-tanda tersebut termasuk hampir menghilangkan semua kerusakan jaringan usus dan peradangan yang terjadi pada tikus.
Baca Juga: Lewat Bakteri Ini, Ilmuwan Ungkap Sejarah Migrasi Manusia ke Amerika
"Salmonella berkembang biak dengan cepat di usus tikus yang diberi makan, ekspansinya berkurang pada tikus yang berpuasa. Selain itu, Salmonella pada tikus puasa tidak menyebabkan kerusakan jaringan usus karena bakteri tidak dapat menyerang dinding usus," para peneliti menyimpulkan dalam laporannya di Public Library of Science.
Hasil analisis menunjukan, puasa secara dramatis mengganggu infeksi dan gastroenteritis atau flu perut akibat infeksi atau peradangan pada dinding saluran pencernaan, terutama lambung dan usus menjadi lebih parah. Puasa juga dapat menekan program virulensi SPI-1 Salmonella (berperan dalam proses perlekatan pada permukaan sel) dan dapat mencegah terjadinya invasi epitel usus.
Ketika hewan yang dipuasakan diberi makan kembali selama sehari setelah puasa, terjadi peningkatan dramatis dalam jumlah Salmonella dan invasi ke dinding usus. Meskipun peradangan yang terjadi masih berkurang dibandingkan dengan normal. Hasil tersebut tidak berlaku jika tikus terinfeksi Salmonella secara intravena atau melalui injeksi dan bukan melalui mulut.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Bakteri yang Tak Bisa Terdeteksi Sistem Imun Manusia
Source | : | PLOS Pathogens |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR