Kita mungkin sulit membayangkan, bahwa ada warga Indonesia yang selama bertahun-tahun, karena wilayah tinggal mereka begitu jauh dan terpencil, ada yang masih menggunakan mata uang Indonesia lama. Demikian dikatakan Sekertaris Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) Indroyono Soesilo dalam jumpa pers "Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi Tahun 2013," di Jakarta, Selasa (6/11).
Untuk merangkul masyarakat terpencil seperti ini perlu diadakan jelajah pulau. Dengan demikian akan terwujud jiwa persatuan seluruh komponen bangsa, terdatanya batas wilayah, kerusakan hutan, flora fauna, potensi geologi, bencana, dan sosial budaya.
Kemenko Kesra bekerjasama dengan TNI, dalam hal ini Komando Pasukan Khusus (Kopassus), serta kementerian/lembaga terkait lainnya akan menyelenggarakan kegiatan dengan nama "Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi Tahun 2013."
Ekspedisi akan berlangsung selama empat bulan, dari tanggal 2 Maret sampai dengan 25 Juni 2013. Akan ada sembilan titik yang dijelajahi di Pulau Sulawesi: Talaud, Minahasa, Gorontalo, Parigi, Luwuk Banggai, Mamuju, Tana Toraja, Gowa, dan Kolaka.
Kegiatan ini akan melibatkan sekitar 1.480 orang yang terdiri dari seluruh komponen bangsa baik TNI, Polri, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Pemerintah Daerah. Termasuk juga kalangan pendidik dari berbagai perguruan tinggi, mahasiswa, para pencinta alam, organisasi kepemudaan, pramuka dan masyarakat setempat.
"Semuanya bertujuan untuk terus menumbuhkan semangat bela negara, cinta tentara Indonesia dan cinta negara Indonesia, yang sulit dibayangkan tercapai bila kita tak memberi perhatian langsung pada mereka," ujar Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Budiman.
Sebelumnya Kopassus sudah melakukan kegiatan Ekspedisi Bukit Barisan 2011 dan Ekspedisi Khatulistiwa 2012. Ada pun Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi Tahun 2013 akan mengambil tema "Lestarikan Alam Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan, Demi Kesejahteraan Rakyat."
Kegiatan yang dilakukan antara lain penjelajahan perbatasan dan rawa laut sungai dan pantai (ralasuntai), penelitian maupun komunikasi sosial terkait dengan budaya-budaya daerah, potensi wisata, kearifan lokal setempat, sejarah, potensi geologi, sumber daya mineral, dan energi. Hasil kegiatan di lapangan ini nantinya akan dilaporkan kepada pemerintah pusat dan daerah.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR