Program pemulihan, pembangunan, dan ketahanan yang dilakukan masyarakat Aceh dan Nias pasca tsunami, menjadi kunci pelajaran bagi negara lain. Nantinya, pelajaran ini akan menjadi titik dasar yang digunakan bangsa-bangsa lain di dunia saat bencana menerjang.
Demikian disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Dunia Stefan Koeberle dalam jumpa pers "International Conference. Lessons from Indonesia's Experiences In Disaster Reconstruction and Preparedness," di Jakarta, Senin (12/11). "Kini saatnya Indonesia memberi contoh pada dunia tentang apa yang mereka pelajari dan alami saat bencana terjadi," ujar Koeberle.
Ditambahkan Julian Wilson sebagai Duta Besar Uni Eropa, pihaknya tidak pernah melihat perkembangan sebegitu pesatnya pasca bencana seperti yang terjadi di Aceh. "Bukan apa yang diberikan negara lain pada Indonesia. Tapi apa yang bisa Indonesia ajarkan pada dunia mengenai respon terbaik atas bencana," kata Wilson.
Kehadiran kedua orang ini di "International Conference. Lessons from Indonesia's Experiences In Disaster Reconstruction and Preparedness" merupakan bagian dari penutup dua program pendanaan terhadap Aceh, Nias, dan gempa Daerah Istimewa Yogyakarta. Yakni Multi Donor Fund (MDF) dan Java Reconstruction Fund (JRF) yang berakhir pada 31 Desember 2012.
MDF untuk Aceh dan Nias menghimpun sekitar US$655 juta dana hibah dari 15 donor untuk pelaksanaan agenda rekonstruksi dan rehabilitasi Pemerintah Indonesia. Dalam kurun waktu delapan tahun, MDF membangun 20 ribu rumah dan lebih dari tiga ribu kilometer jalan pedesaaan.
Mendukung pula sekitar sepuluh ribu proyek infrastruktur dan merehabilitas lebih dari 1.200 bangunan publik. "Kita juga bisa mengembangkan disaster sains untuk mempersiapkan diri lebih baik dan bekerja sama dengan universitas-universitas ternama di Indonesia," kata Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana.
Gempa dan tsunami di Aceh terjadi pada 26 Desember 2004 dan menelan 221 korban meninggal atau hilang. Lebih dari 500 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Sedangkan gempa di Kepulauan Nias terjadi pada 28 Maret 2005, menewaskan sekitar seribu orang dan ribuan lainnya tak memiliki rumah. Gempa ini juga menghancurkan 30 persen dari semua bangunan yang ada.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR