37 tahun lalu, 7 Desember 1975, pasukan tempur Indonesia masuk ke wilayah Timor Timur yang merupakan bekas jajahan Portugis. Dilansir dari laman History Channel, invasi dimulai dengan pendaratan pasukan laut dan diikuti dengan pasukan udara yang terjun dari angkasa untuk merebut kota Dili.
Tiga hari berselang, invasi kedua dimulai untuk menaklukkan kota kedua terbesar, Baucau. Meski mendapat perlawanan, pasukan RI berhasil mengambil alih Timor Timur pada tahun 1978.
Selama proses pengambilalihan, Human Rights Data Analysis Group mencatat beragam kekerasan dan tingginya konsentrasi kematian akibat kelaparan dan sakit. Ratusan ribu orang juga dipaksa pindah dari tempat tinggalnya terutama di tahun 1975 hingga 1980. Selain itu, diperkirakan ada sekitar 268.644 hingga 318.921 orang yang ditahan di 15 titik berbeda pada Desember 1978.
Meski secara resmi akhirnya masuk sebagai salah satu provinsi di Indonesia, masih terdapat perlawanan dari dalam Timor Timur. Namun, ada juga sosok seperti Jose Ramos-Horta dan Uskup Carlos Ximenes Belo yang membela Timor Timur dengan jalur damai. Keduanya kemudian dianugerahi Nobel Perdamaian pada tahun 1996.
Timor Timur sendiri akhirnya lepas dari Indonesia setelah melewati referendum pada tahun 1999. Dua tahun kemudian, tepatnya pada Agustus 2001, warga Timor Timur menggelar pemilu pertama untuk mendirikan pemerintah yang otonom.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR