Inisiatif dan dukungan dari pemerintah terutama di India, Thailand, dan Rusia menjadi langkah konkret yang terbukti efektif untuk mengembalikan populasi spesies harimau yang terancam punah secara global. Pemerintah di tiga negara tersebut melakukan berbagai langkah upaya pelestarian "si kucing besar."
Direktur Ekskutif Asia Wildlife Conservation Society (WCS) Joe Walston, memuji langkah yang diambil oleh tiga negara tersebut untuk melindungi dan menyelamatkan spesies kucing besar dari kepunahan. Saat ini hanya tinggal enam subspesies yang tersisa dan hidup di 13 negara di benua Asia.
Habitat mereka telah berkurang 93 persen sepanjang sejarah, maka tidaklah mengherankan jika saat ini harimau berada di ambang kepunahan. "Ada sejumlah faktor yang diperlukan untuk mengembalikan populasi harimau, tetapi tanpa komitmen tegas dari pemerintah, itu semua tidak akan berhasil," kata Walston.
Seperti yang dilakukan oleh pemerintah India. Di Nagarahole dan Bandipur National Parks, India melakukan tindakan seperti dilakukannya patroli anti-perburuan liar, pengawasan, sukarelawan, dan merelokasi tempat tinggal penduduk yang tinggal di habitat harimau.
Dilakukan pula pemantauan secara ilmiah yang membantu menyatukan kembali populasi harimau di dua taman nasional tersebut. Tidak hanya itu, wilayah Karnataka yang terletak India bagian utara didedikasikan sebagai tampat konservasi harimau.
Di Rusia, pemerintah setempat membuat undang-undang yang mengatur tentang transportasi, penjualan, dan kepemilikan hewan langka termasuk ke dalam tindakan pidana dan bukan termasuk kejahatan sipil. Dengan demikian, para pemburu tidak memiliki celah yang selama ini memungkinkan mereka memburu dan membunuh spesies hewan yang terancam punah ini.
Langkah lain yang ditempuh pemerintah Rusia baru-baru yakni membuat koridor baru yang disebut Central Ussuri Wildlife Refuge. Di mana nantinya tempat ini akan menghubungkan pembiakan harimau di Rusia dan Cina.
Koridor ini memungkinkan harimau untuk bergerak di antara dua kawasan yang berbeda untuk berkembang biak. "Dengan begitu, membuat populasi harimau lebih besar, lebih kuat dan sehat secara genetik," jelas Walston.
Pemerintah Thailand tak kalah sigap. Penegakan dan patroli anti-perburuan telah ditingkatkan di Huai Kha Khaeng Wildlife Sanctuary. Pemerintah berhasil memutus jaringan rantai perburuan dan tahun ini para pemimpin kelompok perburuan liar diberi hukuman kurungan penjara hingga lima tahun.
Durasi waktu selama itu merupakan hukuman yang paling berat dijatuhi selama sejarah perburuan yang terjadi di Thailand. Langkah ini sangat efektif, karena bisa menjerat pelaku perburuan dengan hukuman bui dan tidak lagi ditemukan harimau mati akibat perburuan.
Kisah sukses di tiga negara dalam melestarikan spesies harimau yang terancam punah menjadi titik terang bagi kebangkitan populasi si kucing belang besar ini. Para ahli konservasi memperkirakan saat ini terdapat 3.200 harimau yang berkeliaran di alam liar. Keberhasilan dalam mengembalikan populasi ini semoga diikuti oleh negara lain.
"Ketika melakukan konservasi pada harimau, kita benar-benar melestarikan berbagai macam spesies lain yang mungkin tidak sekarismatik atau se-ikonik harimau, namun sama-sama berharga dan sama-sama terancam," kata Waltson.
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR