Indah dalam dekapan pasir putih menjadi wisata pantai idaman banyak orang. Tapi bagaimana jika pantai dambaan Anda ternyata menyimpan misteri atau menjadi rumah bagi makhluk paling beracun di dunia? Ada beberapa pantai di belahan bumi yang mengandung keanehan ini. Berikut lima di antaranya.
1. Pulau Para Boneka, Meksiko
Xochimilco merupakan nama distrik di Meksiko City yang terdiri dari sistem kanal dan pulau buatan yang kompleks. Salah satunya adalah milik Julian Santana Barrera.
Pasca menemukan jenazah perempuan muda, ia mengembangkan kebiasaan unik menggantung bagian tubuh boneka bekas di pohon sekitar kanal. Tujuannya untuk mengusir roh jahat. Ketika Barrera wafat pada tahun 2001, boneka-boneka tersebut dibiarkan dan pulau ini bisa dikunjungi menggunakan kapal.
2. Miyake-jima, Jepang
Miyake-jima terletak 180 kilometer selatan Tokyo dan didominasi Gunung Oyama --gunung api aktif yang kerap meletus. Sejak letusan pada tahun 2000, terjadi aliran gas sulfur yang beracun bagi manusia. Akibatnya, 3.000 warganya harus selalu menggunakan masker gas setiap saat.
3. Pulau Ular, Brasil
Ilha da Queimada, atau dijuluki Pulau Ular, terletak di lepas pantai Brasil. Julukan pulau ini sesuai dengan nama "penduduk" utamanya yaitu Golden Lancehead Vipers (Bothrops insularis). Ular ini merupakan salah satu yang paling beracun di dunia.
Menurut legenda setempat, setiap meter perseginya terdapat lima ular ini. Saat ini, Pemerintah Brasil melarang penduduk sipil mendiami pulau tersebut.
4. Tashirojima, Japan
Pulau ini disebut juga Pulau Kucing mengingat penduduknya lebih banyak makhluk berkaki empat itu dibanding manusia. Pesatnya pertumbuhan kucing berkaitan dengan mitos setempat yang percaya memberi makan kucing akan mendatangkan kesehatan dan nasib baik.
5. Norderoogsand, Jerman
Pulau ini terbentuk secara tiba-tiba di lepas pantai Jerman selama dekade terakhir. Meski baru, pulau ini sudah menjadi rumah bagi 50 spesies tumbuhan dan beberapa burung laut. Kemunculan pulau ini juga mengagetkan para peneliti.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR