Nationalgeographic.co.id - Baru-baru ini, sebuah ekspedisi yang dilakukan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menghasilkan sebuah temuan menarik. Mereka menemukan ubur-ubur merah yang berenang dengan anggun di perairan Atlantik Utara. Para peneliti NOAA memperkirakan ubur-ubur ini sebagai spesies baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Ubur-ubur ini ditemukan di kedalaman 700 meter pada 28 Juli 2021. Berdasarkan pengamatan, diperkirakan ia berasal dari genus Poralia. Meskipun terlihat sangat besar di foto, ia diperkirakan hanya berdiameter sekitar 10 sentimeter saja.
Saat ini, hanya satu spesies yang baru diklasifikasikan ke dalam genus ini. Poralia rufescens, demikian nama spesies tersebut, merupakan ubur-ubur merah yang mendiami laut dengan kedalaman serupa. Ia pertama kali dideskripsikan pada tahun 1902 oleh Ernst Vanhoffen, ahli zoologi asal Jerman.
"Ubur-ubur [yang baru ditemukan ini] memiliki lebih banyak tentakel dibandingkan Poralia rufescens, sehingga kami memperkirakannya sebagai spesies baru," tulis NOAA. Selain perbedaan jumlah tentakel, NOAA juga melihat adanya tonjolan-tonjolan di bagian luar tudung ubur-ubur. Tonjolan ini kemungkinan dipakai sebagai alat pertahanan diri, sekaligus untuk menangkap mangsa.
Baca Juga: Racun Ubur-Ubur Raksasa Ini Sangat Kompleks, Apakah Mematikan?
Jika ubur-ubur yang ditemukan ini benar spesies baru, maka ia akan membuka satu lagi tabir dari kehidupan laut dalam yang masih sangat misterius. Menurut NOAA, masih ada lebih dari 80 persen wilayah bawah laut yang belum pernah dijelajahi dan dipetakan oleh manusia.
Penemuan ini merupakan bagian dari penyelaman terakhir ekspedisi "2021 North Atlantic Stepping Stones" yang dilakukan oleh NOAA. Dalam penyelaman ini, mereka menemukan setidaknya 650 hewan yang terdiri dari berbagai ikan laut dalam, ubur-ubur, cacing panah, udang, hingga plankton.
Ekspedisi Stepping Stones sendiri secara keseluruhan dilaksanakan pada 30 Juni hingga 29 Juli 2021. Mereka mempunyai satu misi utama, yakni melakukan pencarian terhadap berbagai makhluk hidup misterius di pedalaman Samudra Atlantik.
"Ekspedisi ini akan menjelajahi dari habitat ikan, komunitas spons dan karang laut dalam, daerah dengan konsentrasi mineral laut lepas, hingga berbagai ekosistem di berbagai guyot dan gunung bawah laut," jelas NOAA di situsnya.
Baca Juga: Paus Bungkuk Jadikan Gunung Laut Sebagai Persinggahan Saat Migrasi
Gunung bawah laut yang diteliti akan berpusat pada dua kluster, yakni rantai gunung bawah laut New England dan Corner Rise. NOAA memperkirakan bahwa dua daerah ini menjadi pusat pertemuan ekosistem Atlantik barat dan timur, dan menjadi rumah bagi banyak populasi hewan laut dalam yang beragam.
Source | : | NOAA |
Penulis | : | Eric Taher |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR