27 tahun lalu, di akhir Februari, Swedia berduka atas kematian Perdana Menterinya, Olof Palme. PM yang dibanggakan warganya karena mau berbaur ke tempat umum tanpa pengawalan ini ditembak di Stockholm, Ibu Kota Swedia, 28 Februari 1986.
Olof dan istrinya, Lisbeth Palme, diserang ketika meninggalkan bioskop pada pukul 23.30 malam waktu setempat. Olof ditembak dua kali di bagian perut, sedangkan istrinya di bagian punggung. Laporan polisi menyebutkan, alarm penembakan ini diraungkan pertama kali oleh seorang supir taksi.
Dua gadis sipil yang berada tidak jauh dari TKP juga membantu sang PM yang segera dibawa ke RS. Namun, nyawa Olof tidak terselamatkan dan tewas di usia 59 tahun. Sedangkan nyawa Ibu Negara luput dari maut.
Kematian Olof mendatangkan banyak simpati. Mengingat mantan Menteri Pendidikan ini dianggap pria rendah hati dengan menolak pengawalan ketat. Ia hanya ditemani dua pengawal saat menjalankan fungsi kenegaraan dan melenggang seperti warga kebanyakan di waktu luangnya.
Warga Swedia juga terpukul mengingat negara ini cukup bangga dengan fakta PM mereka bisa berjalan santai di tengah keramaian tanpa penjagaan.
Olof Palme kini diabadikan dalam lembaga sosial, Olof Palme International Center. Organisasi ini mengklaim bergerak dalam kerangka demokrasi, hak asasi manusia, dan perdamaian. Olof Palme International Center bekerja sama dengan beberapa negara di dunia, di antaranya Afrika Selatan, Palestina, dan Moldova.
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR