Earth Hour (EH) 2013 tuntas dilakukan Sabtu (23/3) lalu. Gerakan pemadaman lampu selama satu jam ini bukan sebuah bentuk seremoni. Melainkan tiang pancang memulai gaya hidup yang "hijau" dan berkelanjutan.
Bukan hanya Indonesia, gerakan ini serentak dilaksanakan di seluruh penjuru dunia. Fiji misalnya, pesepeda di negara kepulauan ini melakukan touring dengan hanya menggunakan penerangan sepeda. Di Kaledonia Baru, acara EH diramaikan dengan tarian api khas petarung Fiji.
Beralih ke Eropa, kota Roma di Italia menjadi pusat perayaan EH. Sedangkan di Athena, benteng ternama Acropolis, mati total dari sorotan lampu. Lain lagi dengan di Turki, meski tidak ada perayaan berlebih, beberapa ikon negara ini gulita saat EH berlangsung.
Lampu di tiang-tiang Jembatan Bosporus di Istanbul dimatikan selama satu jam. Sama seperti menara jam di Istana Dolmabache dan Menara Galata yang tidak menggunakan cahaya lampu.
Mencengangkan di Libia. Negara yang masih kartu marut karena akibat kondisi politik yang tidak stabil, ikut juga mematikan lampu saat EH. Alun-alun Martyrs yang selama ini jadi pusat demonstrasi, berwarnakan tulisan "60+" dari lilin.
Dikatakan Sekjen PBB Ban Ki-Moon, EH merupakan bentuk tindakan untuk mengatasi perubahan iklim secara global. "Semua orang punya peran. Pemerintah bisa memberikan political will, masyarakat sipil terutama kaum muda, bisa melakukan gerakan yang bersifat global," ujar Ban dalam video sambutannya.
Indonesia juga ikut merayakan EH yang dipusatkan di Taman Proklamator di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Menurut Koordinator Kampanye Program Iklim dan Energi WWF Indonesia Verena Puspawardani, Earth Hour tahun 2013 tidak hanya sekadar menargetkan berapa penghematan listrik, tetapi harus menjadi gaya hidup yang berkelanjutan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR