Keuletan dan kerja sama kaum perempuan di Dusun Salakan, Desa Wonogiri, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, patut kita tiru. Mereka yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani bahu-membahu membudidayakan ragam sayur, buah, dan palawija di pekarangan rumah yang tidak seberapa luas.
Mahmudah, salah satu anggota kelompok, menuturkan bahwa dulu mereka mengalami kendala dalam mendapatkan sayuran guna pangan keluarga. Pasokan yang terbatas dari pedagang sayur keliling hingga mahalnya biaya transportasi untuk menjangkau wilayah perkotaan.
“Masa', belanja Rp5000, kok ongkosnya Rp10.000,” keluh salah seorang ibu saat tim National Geographic Indonesia dan Plant and Play mengunjungi Dusun Salakan, Kamis (28/3).
Hingga sejak 2,5 tahun silam, setelah gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) memberi pengarahan dan bimbingan, kelompok ini mampu memanfaatkan pekarangan menjadi area pertanian. Menurut Samlawi dari Badan Ketahanan Pangan Jawa tengah, program tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Kementerian Pertanian.
Kepala Kecamatan Basirul Hakim mengungkapkan, kondisi tanah setempat cukup baik untuk menanam buah-buahan dan palawija, namun tidak dengan sayuran.
Pun tidak semua warga memiliki tanah yang luas untuk bisa dijadikan lahan pertanian. Sehingga, diperlukan gagasan untuk mewujudkan komitmen bersama dalam mengelola pekarangan yang terbatas serta meningkatkan perekonomian warga.
Bermula dari alasan itu, tercetuslah sistem penanaman dengan polybag, berupa kemasan plastik yang berfungsi seperti pot yang berkomposisi tanah dan pupuk dengan perbandingan 1:1. Beruntung tak ada serangan hama sehingga upaya tersebut menuai hasil yang baik.
Bahkan, bila mulanya tiap warga hanya mengembangkan lima polybag, berangsur-angsur jumlah tersebut bertambah menjadi sepuluh bahkan lebih hingga memenuhi pekarangan rumah. Kini jerih payah sudah dapat dinikmati. Setidaknya ibu-ibu setempat mampu menghemat sekitar Rp15.000 tiap harinya.
Nominal tersebut akumulasi belanja sayuran dan transportasi. Tak hanya itu, kelebihan produksi pun biasanya ditukar ke pedagang sayur keliling dengan aneka lauk pauk lain seperti tahu, tempe, dan ikan.
Kreativitas tak berhenti sampai di sana. Pengelolaan limbah kemasan pun turut dimanfaatkan. Karung goni, kaleng, sampah kemasan plastik, dan batok kelapa dimanfaatkan lagi menjadi wadah-wadah pengembangan tanaman sebagai alternatif selain polybag. Lalu, pupuknya menggunakan pupuk kandang yang berasal dari ternak mereka.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR