Kehidupan penduduk Flores impresif. Meninggalkan kesan mendalam untuk orang luar yang berkunjung. Kekayaan karakteristik budaya, bahasa, serta sejarah di tengah bermacam suku masyarakat lokal Flores di Manggarai Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, dan Lamaholot, dengan mudah menjadi daya tarik wisata.
Pengalaman ini pula yang dirasakan oleh Andreas Roettger, ketika mengunjungi Flores, Nusa Tenggara Timur.
Andreas Roettger, First Secretary/Head of Economic and Regional Cooperation/Good Government Sector pada Delegasi Uni Eropa di Jakarta, mengaku kagum dan terinspirasi dengan kebulatan tekad atau keuletan para masyarakat hingga cara hidup sarat ritual di kampung-kampung adat Flores di mana ia meninjau dalam rangka proyek INFEST.
Uni Eropa turut mendukung proyek Innovative Indigenous Flores Ecotourism for Sustainable Trade (INFEST) yang baru saja diluncurkan, melalui bantuan teknis pendanaan sebesar 85 persen.
Andreas menambahkan, INFEST akan memberi pemahaman terhadap manajemen pariwisata berkelanjutan kepada warga setempat yang diharapkan membawa peningkatan bagi kapasitas sumber daya manusia serta lembaga pariwisata lokal.
"Proyek INFEST bertujuan untuk menjangkau dan memperkuat organisasi warga tingkat lokal di pelosok-pelosok kepulauan Indonesia, program-programnya memastikan keberlanjutan ekowisata di Flores," ujarnya.
Sedangkan Ary Suhardi, Direktur Yayasan Indecon, yang berfokus di pengembangan dan pemasaran wisata berkelanjutan untuk berbagai daerah di Indonesia, menjelaskan, proyek INFEST menggarisbawahi pentingnya pendekatan grass root. Di tahun pertama, tahap INFEST akan dibangun bersama-sama, baik dengan komunitas masyarakat desa dan berbagai mitra, para pemangku kepentingan pariwisata kunci, serta pemerintah lokal.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR