Sekelompok peneliti Jepang melontarkan teori baru mengenai manusia katai Flores (Homo floresiensis), Nusa Tenggara Timur. Dalam penelitian yang mereka paparkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B, mereka menyatakan para "hobbit" ini masih keturunan dari Homo erectus.
Tubuh Homo erectus yang besar, akhirnya mengecil karena menyesuaikan dengan sumber makanan yang sedikit. "Berlawanan dengan perkiraan peneliti lain, ada kemungkinan bahwa tubuh besar dari Homo erectus Jawa yang bermigrasi ke pulau terpencil, akhirnya berevolusi menjadi Homo floresiensis," ujar pemimpin penelitian Yousuke Kaifu dari National Museum of Nature and Science, Tokyo, Jepang, Selasa (16/4).
Kesimpulan para peneliti Jepang ini bertentangan dengan beberapa kesimpulan hasil studi lain. Studi awal menyebut bahwa manusia katai ini merupakan keturunan Homo habilis. Tapi teori ini patah karena beberapa kritikus menyebut tidak pernah ada bukti manusia ini sampai ke Asia.
Studi berikutnya menyebut bahwa para "hobbit" ini adalah Homo sapiens yang mengidap kelainan saraf akibat kekurangan iodin dalam asupan makanan. Ini menyebabkan otak manusia Flores relatif kecil. Tapi lagi-lagi teori ini runtuh karena "hobbit" cukup cerdas untuk membunuh hewan, menggunakan api, dan alat lain untuk menyajikan makanan.
"Hobbit" merujuk pada tokoh mungil ciptaan J.R.R. Tolkien yang terbit dalam bentuk buku dan film. Manusia katai Flores sendiri memiliki tinggi sekitar satu meter dan bobot hanya 25 kilogram.
Dalam edisi perdana National Geographic Indonesia, April 2005, disebutkan bahwa Thomas Sutikna dari Pusat Arkeologi Nasional (Arkenas), yakin Homo floresiensis adalah spesies baru. Pendapatnya disokong oleh paleontolog Peter Brown.
"Dari hanya melihat tulang rahangnya selama 60 detik saja, saya sudah tahu bahwa (spesies) ini adalah sesuatu yang baru," ujar Brown saat itu.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR