Direktur PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menyungging senyum saat menapakkan kakinya di bandar udara Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, 18 April silam. Tujuan pertamanya adalah sebuah lokasi tak jauh dari bandara.
Di halamannya terdapat sebuah plang bertuliskan: Posyandu Kama, Binaan Puskesmas Wamena Kota. Kama adalah nama desa tempat posyandu itu berdiri. Dalam program yang bertitel Pertamina Sehati ini, ia menyerahkan beberapa peralatan kesehatan kepada posyandu itu. Seperti tempat tidur bersalin, inkubator, timbangan bayi, stetoskop, serta pengukur tinggi badan.
Selain itu, sarana pendukung dalam bentuk permainan anak seperti ayunan dan perosotan juga akan menyusul untuk dibangun. Dalam rangka program ini, bangunan posyandu baru dari batu bata pun dibangun menggantikan bangunan lama yang sebagian dibuat dari kayu. Pembagian makanan tambahan yang bergizi juga dilakukan pada 100 orang balita.
“Kami sadar bahwa kualitas SDM Indonesia itu tidak dimulai pada saat mereka sudah pendidikan, justru dimulai pada saat di dalam kandungan sang ibu,” ujarnya dalam pidato peresmian bangunan baru.
Kegiatan Pertamina Sehati memang telah berlangsung sejak 2004, dengan mewujudkan kepeduliannya akan kesehatan ibu dan anak. Hal ini merupakan salah satu komitmen perusahaan ini dalam mengatasi masalah sosial yang ditargetkan dalam Milenium Development Goals atau MDGs.
Tujuan berikutnya adalah SD Inpres Wesaput yang terletak tak jauh dari posyandu. Sang direktur, yang mudah tersentuh hatinya oleh ketulusan para murid yang menyanyikan lagu daerah serta para guru yang menyambutnya ini, memberikan bantuan secara simbolis berupa perangkat komputer dan buku-buku perpustakaan.
Selain itu ia juga menyerahkan beasiwa tingkat SLTA/SMK selama tiga tahun untuk putra Papua yang melanjutkan pendidikan ke Pulau Jawa. Beasiswa itu tersedia untuk sepuluh orang dari lima wilayah yaitu Jayapura, Keerom, Wamena, Manokwari, dan Sorong.
Sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi, tersedia beasiswa bagi Universitas Cenderawasih dan Universitas Negeri Papua, masing-masing 20 orang. Selain itu ada pula bantuan pendidikan prestasi Sekolah Sepak Bola di lima wilayah yang sama seperti di atas, untuk 125 siswa.
Terkait sarana ibadah, akan dibangun pula dua gereja serta renovasi gereja dan mesjid di Wamena. Kunjungan ibu direktur dilanjutkan dengan memasuki kelas dan meninjau pemeriksaan kesehatan telinga, gigi, dan mata. “Kamu rajin sikat gigi kan? Jangan malas sikat gigi ya? Berapa kali sehari?” tanyanya kepada salah seorang murid yang baru saja diperiksa kesehatan giginya.
Sesaat sebelum meninggalkan halaman sekolah, Karen memeluk para guru. Di matanya terlihat gurat haru. Ia tahu, bahwa ia bisa ada di tempat ini sekarang karena jasa para guru. Melihat hal itu, Gubernur Provinsi Papua Lucas Enembe berkata saat saya jumpai di kesempatan lain, “Cuma Wamena yang bisa membuat ibu direktur menangis, ya kan?” ujarnya berkelakar.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR