Pertentangan mengenai status dan situasi penelitian di situs megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat terus bergulir meski Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah merestui dan mendukung penelitian dilanjutkan dengan menunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengambil alih dan mengkoordinasi tim penelitian.
Penelitian lanjutan Gunung Padang akan dibiayai dari bunga dana abadi pendidikan yang disisihkan dari kenaikan anggaran pendidikan dalam APBN. Instansi yang terlibat antara lain Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Ristek, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Badan Pertanahan Nasional.
Menteri Pendidikan Kebudayaan M. Nuh mengatakan, berdasarkan laporan hasil penelitian yang diterimanya, memang benar terdapat bangunan di bawah tanah. Citra bangunan diperoleh dari deteksi radar geoteknik.
Ia mengungkapkan, kontroversi yang terjadi belakangan ini menyangkut situs Gunung Padang sebenarnya perdebatan di wilayah akademik tentang ada atau tidaknya bangunan lain di dalam tanah.
Proses pembuktiannya bagi Nuh mudah saja, hanya perlu peralatan khusus seperti deteksi radar, yang mampu melihat untuk mengetahui kepastian.
Diharapkan penelitian selesai pada awal 2014 mendatang dan segera dilanjutkan dengan pemugaran. Namun kebijakan nasional pemanfaatan dana abadi ini kian mengundang kekhawatiran sejumlah pihak, termasuk kekhawatiran atas nasib situs Gunung Padang.
Harry Truman Simanjuntak, guru besar arkeologi prasejarah Universitas Indonesia, di Jakarta, Senin (10/6) mengemukakan, banyak situs selain Gunung Padang yang sudah ditemukan di daerah-daerah di Indonesia yang membutuhkan riset lanjutan.
Beberapa di antaranya: Sangiran di Jawa Tengah, Gua Harimau di Sumatera Selatan, Lembah Napu dan Bada di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Barat, atau Lembah Soa di Flores.
"Pemerintah harus bisa menjelaskan mengapa penelitian tersebut menjadi skala prioritas, alasannya harus bisa dipertanggungjawabkan secara akademis," tambah Harry Truman.
Menurut seorang arkeolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Daud Aris Tanudirdjo, riset Gunung Padang bukan riset prioritas atau mendesak, dan ia menilai tidak perlu pemerintah menggunakan dana abadi. Jika riset bertujuan akademis, tidak bisa dilakukan terburu-buru pula. Perlu kajian mendalam, komprehensif, dan multidisiplin ilmu.
Secara terpisah guru besar Departemen Arkeologi Universitas Indonesia Edi Sedyawati, mengatakan hal yang senada, bahwa penelitian lanjutan untuk mengupas lapisan tanah di bawah situs Gunung Padang tidak bisa gegabah, apalagi menggunakan alat berat.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR