Ikan buntal (puffer) spesies baru dari famili Tetraodontidae ini mengejutkan dunia pengetahuan ketika diketahui bisa merancang struktur serupa crop circle di dasar lautan. Struktur yang pembuatannya rumit dan menyita energi itu digunakan sebagai tempat meletakkan telur.
Ternyata ada 120 spesies ikan buntal dalam keluarga Tetraodontidae. Ikan ini hidup di perairan pesisir hangat, bahkan ada yang hidup di air tawar. Umumnya mereka bertubuh lancip, mirip torpedo, dengan kepala bulat dan mata besar.
Mereka miliki empat gigi besar yang melebur jadi satu hingga membentuk struktur mirip paruh. Beberapa spesies ikan buntal menggunakan paru ini untuk mengeruk batu dan koral. Sedangkan beberapa spesies lain menggunakan paruhnya untuk mencungkil berbagai krustasea dan kerang.
Ukuran ikan ini pun beragam. Mulai dari panjang 2,5 sentimeter untuk ikan buntal kerdil, hingga 0,6 meter untuk ikan buntal air tawar berukuran besar.
Membuntal
Ikan buntal dikenal karena kemampuannya untuk "membuntal" seperti balon dan mencapai beberapa kali ukuran aslinya. Para pakar menduga kemampuan ini dikembangkan untuk menutupi kemampuan renang si ikan yang lambat dan ceroboh.
Memang, ikan buntal nampak lezat bagi para predator. Tapi jika dikejar, ia akan mengisi perutnya yang elastis dengan air berjumlah banyak.
Membuatnya nampak lebih besar dan nyaris bulat. Kebanyakan dari spesies ikan ini juga dilengkapi duri yang mencuat ketika mereka membuntal. Predator yang mengabaikan peringatan dari ikan buntal, kemungkinan akan mati tersedak duri.
Masih ada lagi bentuk pertahanan mereka: racun. Beberapa jenis tertentu dari ikan buntal mengandung racun saraf tetrodoksin, kebanyakan terdapat di bagian hati, kelenjar kelamin, dan kulit. Meski racun ini termasuk tangguh (termasuk membunuh manusia), spesies macam hiu bisa tahan terhadap racunnya dan tidak menghasilkan dampak sama sekali.
Santapan nikmat
Meski penuh racun, ikan buntal dianggap makanan enak di beberapa penjuru dunia. Maka itulah di Jepang, hanya koki terlatih dan bersertifikat yang boleh mempersiapkan ikan ini (yang disebut fugu) sebagai santapan.
Koki yang masih muda, harus belajar menyajikannya dengan persiapan selama bertahun-tahun. Mereka harus bisa memastikan ikan ini bebas racun di bagian hati, kelenjar kelamin, dan kulit.
Namun demikian, ikan ini tetap mengambil korban tiap tahunnya. Racun yang masuk ke dalam tubuh manusia akan nampak dengan ciri mati rasa di bagian bibir dan lidah. Diikuti dengan pusing, sakit kepala, dan muntah.
Dalam kasus terburuk, korban mengalami peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan darah, lumpuhnya otot, dan kesulitan bernapas. Selanjutnya, kematian bisa terjadi antara empat hingga enam jam.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR