Dampak krisis moneter dialami semua pihak. Tak hanya manusia yang dibikin kalang kabut, satwa juga merasakan imbasnya. Gara-gara harga melonjak, pakan gajah di KB Gembiraloka, Yogyakarta, berubah cukup drastis. Ketika kondisi normal, setiap hari gajah diberi pakan rumput gajah (kolonjono), buah-buahan, bekatul, dan nasi, kini hanya mendapat jatah gedebok (batang pisang).
Sedangkan buah apel, nanas, pisang, dan lainnya sama sekali tidak diberikan. Maklum pemasukan dari pengunjung KB Gembiraloka di kala krismon cenderung berkurang.
Pemberian pakan batang pisang, menurut KMT A Tirtodiprojo, direktur utama KB Gembiraloka, tidak apa-apa karena memang masih merupakan makanan gajah ketika masih di habitat aslinya.
Sebetulnya Gembiraloka memiliki lahan rumput gajah, tetapi produksinya tidak mencukupi kebutuhan. Kalau harus mendatangkan rumput gajah dari luar harganya kurang lebih Rp "200.000,- per truk. Padahal satu trak, dilaporkan, hanya cukup untuk makanan gajah selama beberapa hari.
Sementara itu monyet dan orang hutan di KB Gembiraloka tidak lagi diberi makanan buah-buahan. Sebagai penggantinya mereka disediakan roti tawar yang diberi selai dan minuman susu kemasan yang sudah tak layak dikonsumsi manusia, tapi tidak membahayakan kesehatan satwa. Misalnya, susu yang kedaluwarsa belum lebih satu bulan.
Rusa pun mengalami nasib serupa. Meski pakannya bekatul, dedak, dan rumput, tapi karena jumlahnya lebih dari 100 ekor, cukup merepotkan. Karena itu, Gembiraloka berkeinginan mengurangi jumlah binatang ini. Bahkan, juga ditawarkan kepada masyarakat untuk digaduh, dengan catatan harus merawatnya benar-benar. Atau, barangkali ada yang berminat menjadi "bapak angkat" mereka. Artinya, binatang tetap di kandang Gembiraloka, sementara "bapak angkat" menyantun biaya pakannya.
Dampak krisis juga terasa di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampung. Jatah makan penghuni "sekolah gajah" di sana tidak berkurang, namun persediaan obat menjadi amat terbatas. Jadilah obat tradisional sebagai alternatif. Gajah yang diare terpaksa diberi daun jambu biji atau daun kluwih (sejenis sukun).
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR