Sebuah artikel yang tertuang dalam Journal of Archaeological Science edisi September 2013, menulis bahwa penyembelihan hewan telah mendukung perekonomian Yerusalem pada masa silam.
Yerusalem merupakan wilayah daratan yang miskin sumber daya. Namun saat masa puncaknya, Yerusalem menjadi kota yang ramai dengan warga mencapai 30.000 jiwa. Teks-teks agama mulai dari periode Second Temple, menggambarkan adanya sistem penyembelihan secara besar-besaran dengan melibatkan setidaknya 1,2 juta ekor hewan per harinya.
Situasi ini menunjukkan bahwa perekonomian ditopang oleh sejumlah besar hewan yang disembelih di kuil. Namun para arkeolog belum begitu yakin dengan kesimpulan tersebut yang dinilai sangat berlebihan.
Hingga akhirnya mereka menemukan bukti-bukti penyembelihan hewan secara besar-besaran baru-baru ini. Para arkeolog menemukan tempat pembuangan sampah kuno yang terletak di luar tembok kota tua Yerussalem. Pembuangan sampah tersebut berusia kira-kira antara 37 SM hingga 66 Masehi, berisi proporsi tulang hewan yang sangat tinggi untuk masyarakat pertanian.
Tulang domba dan kambing menunjukkan tanda-tanda bekas disembelih, tanda tersebut jelas terlihat adanya bekas penjagalan. Hal ini menunjukkan bahwa hewan tersebut digunakan untuk menunjang konsumsi daging masyarakat. Secara historis, potongan-potongan hewan tidak disembelih untuk dibakar dan dihidangkan sebagai santapan dalam acara-acara perayaan ataupun pesta khusus.
Selain itu, analisis isotop kimia ataupun unsur dengan jumlah neutron yang berbeda pada tulang, mengungkap bahwa hewan tersebut berasal dari lokasi pedesaan gurun yang terletak jauh dari kota Yerusalem. Penemuan ini jelas mendukung gagasan yang menyatakan bahwa perekonomian Yersusalem didukung oleh pengorbanan/penyembelihan hewan.
Selama periode Second Temple, orang-orang Yahudi menyebar jauh ke Israel, namun demikian mereka masih mengikuti syarat agama untuk mengorbankan hewan. Jadi kemungkinan mereka membayar perwakilan lokal untuk mengirim hewan ternak ke Yerusalem atas nama mereka. Hingga menciptakan perekonomian penyembelihan hewan secara besar-besaran di kota itu.
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR