Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatra Utara pada pukul 02.51 WIB, Minggu (15/9) kembali meletus. Letusan Puncak Sinabung pernah terjadi pada 2010.
"Sinabung memuntahkan letusan abu vulkanik dan batu-batu kecil yang melanda desa di sekitarnya," ungkap Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Asap tebal hitam membawa keluar abu dari kawah Sinabung," tambahnya.
(Lebih jauh baca: Erupsi Vulkanik Menghancurkan Tetapi Vital)
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) langsung menaikkan status ke Siaga (level III) dari Waspada (level II) mulai pukul 03.00 WIB. Bahkan hujan abu masih terus berlangsung di beberapa tempat sampai laporan ini diturunkan, pada pagi ini sekitar pukul 09.00.
Dari parameter kegunungapian yang dipantau Pos Gunungapi Sinabung, tercatat 255 kali gempa vulkanik dalam, 16 kali gempa embusan, 5 gempa tektonik lokal, 24 gempa tektonik jauh, dan tremor 15 milimeter.
Ribuan orang warga mengungsi akibat letusan ini. Masyarakat di Desa Sukameriah yang berada di dalam radius 3 kilometer dan berada di bukaan kawah diungsikan terlebih dahulu. Masyarakat di desa-desa terdekat lainnya seperti Desa Kutarayat, Desa Kutagunggung, Desa Kutatengah, Desa Simacem, dan Desa Bekerah di Kecamatan Naman Teran, Karo, juga telah melakukan evakuasi mandiri setelah mendengar suara gemuruh, getaran serta asap hitam.
Mereka kini mengarah ke Kota Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo, yang jaraknya kurang lebih 17 kilometer. "Hingga saat ini belum ada data korban dan kerusakan. Jumlah pengungsi pun masih dalam pendataan," ujar Sutopo.
Kepala Bidang Humas Dinas Informasi Komunikasi Pemkab Karo, Jhonson Tarigan menyebutkan terdapat sekitar 2.000 warga dari setidaknya enam desa.
Tim reaksi cepat BNPB dan BPBD Sumut menuju lokasi untuk menanganinya. BPBD Karo belum dibentuk sehingga ditangani Kesbanglinmas Karo. Menurut Sutopo, akibat kondisi ini penanganan bencana terhambat, baik dari segi kesiapsiagaan, pengurangan risiko, tanggap darurat, maupun pascabencana.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR