Sejak George Coedes “memperkenalkan” kata “Sriwijaya” pada 1918 sebagai nama suatu kerajaan, perhatian ilmuwan masa kolonial yang tadinya terfokus kepada banyak peninggalan berupa candi dan prasasti di Jawa serentak berpaling. Apalagi setelah prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tahun 1920. Kajian tentang Sriwijaya menjadi luar biasa maraknya.
Antara 1913 hingga 2013, tercatat ilmuwan berkebangsaan Belanda, Prancis, Indonesia, India, Thailand, Jepang, Malaysia, Singapura, Cina, Jerman, Australia, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat telah membarengi para peneliti Indonesia dalam mengkaji persoalan Sriwijaya. Selama seratus tahun hingga sekarang, mereka bergantian melengkapi, mengoreksi, bahkan mempertentangkan kajian-kajian tentang Sriwijaya yang dibuat oleh peneliti sebelumnya.
Sampai dengan tahun 1989 saja, tercatat sebanyak 1.018 judul karangan ilmiah—nasional maupun internasional—yang mengkhususkan pada studi tentang Sriwijaya telah dibuat. Bibliografi tersebut belum termasuk kajian tentang Sriwijaya yang dimuat di media massa.
(Simak juga: Gundukan Tanah Bernilai Ilmiah)
Data bibliografi itu dikumpulkan oleh Pierre-Yves Manguin dan dikutip oleh budayawan sekaligus sejarahwan Sumara Selatan yang dihormati, Djohan Hanafiah. Lingkup bidang ilmunya beragam. Mulai dari arkeologi, epigrafi, sejarah, geologi/geografi, ikonografi, linguistik, anthropologi, arsitektur, dll. Tentu saja, saat ini daftar yang dibuat oleh Pierre-Yves itu telah bertambah panjang kalau diteruskan.
(Baca: Konsep Mendesa di Ibu Kota Sriwijaya)
Sejarah tentang Sriwijaya memang suatu topik lintas negara. Pemecahan tentang persoalan-persoalan yang melingkupinya juga harus dilakukan tanpa terpaku pada batas-batas negara saat ini.
“Sejak 1980-an, topik Sriwijaya telah menjadi suatu kajian regional Asia Tenggara,” jelas ahli arkeologi Bambang Budi Utomo dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Jakarta. “Negara-negara di kawasan ini wajib menyelenggarakan penelitian tentang Sriwijaya di wilayahnya masing-masing dengan pendekatan arkeologi dan lingkungan.”
Simak kisah tentang Kejayaan Sriwijaya di majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2013.
Penulis | : | |
Editor | : | Reni Susanti |
KOMENTAR