Indarctos arctoides, yang berukuran serupa dengan beruang cokelat saat ini menjelajah Prancis, Spanyol, dan Turki sekitar sepuluh sampai 4,5 juta tahun lalu. Sama seperti beruang dan mamalia lainnya, beruang purba memiliki baculum, nama ilmiah untuk tulang penis.
Bacula sendiri sangat jarang ditemukan di catatan fosil, baik karena hanya bisa ditemukan di fosil jantan, panjang tulang tersebut membuatnya mudah patah dan dianggap sebagai tulang iga. Namun, Juan Abella, ketua tim penelitian ini beruntung. Ia berhasil mempelajari lima bacula dari sebuah situs yang kaya akan fosil yang memiliki banyak sisa-sisa spesies mamalia purba.
Saat ia membandingkan hasil pemindaian 3D dari fosil penis dengan bacula dari delapan spesies beruang yang masih hidup, ia terkejut bahwa I.arctoides memiliki baculum terpanjang di kalangan beruang. Hewan ini memiliki rata-rata panjang tulang penis sekitar 23,3 sentimeter. Bandingkan dengan panjang rata-rata baculum beruang kutub yang hanya 16,8 sentimeter.
"Kami tidak mengira fosil bacula ini begitu besar, ia lebih panjang dibanding beruang yang masih ada saat ini seperti beruang Kodiak dan beruang kutub," kata Abella yang merupakan paleobiolog dari Museo Nacional de Ciencias Naturales, Madrid, Spanyol, lewat email.
Lebih dari itu, Abella menduga bahwa baculum super panjang itu berarti bahwa beruang memiliki durasi hubungan seksual yang lebih lama, namun lebih jarang dibandingkan dengan mamalia lain. Itu karena panjang bisa membantu penis beruang lebih kaku dan menjaga uterus betina tetap terbuka selama proses berlangsung.
Bacula yang lebih panjang juga tampaknya mendongkrak kesuburan, karena menurut studi yang dipublikasikan di jurnal PLoS ONE, penis panjang bisa memposisikan sperma lebih baik pada sistem reproduksi betina. Ini juga berarti bahwa gen baculum panjang diteruskan ke lebih banyak keturunan.
Membedah beruang purba
Blaine Schubert, paleontolog vertebrata dari East Tennessee State University yang mempelajari beruang purba, menyebutkan lewat email bahwa ilmuwan sangat jarang mempelajari bacula. Bahkan, menurut Abella, studi ini merupakan pertamakalinya bacula digunakan untuk melihat perilaku pada spesies fosil purba.
Sebagian besar penelitian bacula hanya terbatas pada membuat perbandingan anatomi umum terhadap spesies yang masih ada, sebut Schubert yang tidak terlibat pada studi kali ini. "Namun laporan ini mengambil satu langkah lebih maju," ucapnya.
Selain menyediakan deskripsi detail dan perbandingan bacula purba dengan beruang masa kini, studi baru ini juga menggunakan fosil untuk mengetahui bagaimana perilaku beruang purba. "Para peneliti melakukan hal yang luar biasa dengan memisahkan fakta nyata dari dugaan, dan juga membedah kemungkinan perilaku kawin dari beruang yang sudah lama punah."
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR