Dituduh sebagai pecandu alkohol selama lima tahun terakhir, seorang pria berusia 61 tahun yang masuk ke sebuah instalasi gawat darurat di Texas tahun 2009 lalu memiliki konsentrasi alkohol sebesar 0,37 persen dalam darahnya, meski sebenarnya ia tak pernah meminum setetespun alkohol.
"Ia bisa tiba-tiba mabuk," kata Barbara Cordell, perawat dari Panola College, Carthage, Texas pada food blog NPR. Istri dari pria itu, seorang perawat, membeli breathalyzer dan menemukan bahwa kadar alkohol dalam darahnya (seringkali setelah berolahraga atau saat tidak makan) empat sampai lima kali lipat dari standar yang ditetapkan oleh pemerintah Amerika Serikat, yakni 0,08 persen.
Dalam International Journal of Clinical Medicine, Cordell dan rekannya, Justin McCarthy melaporkan bahwa pria tersebut masuk dalam pemeriksaan selama 24 jam di sebuah rumah sakit. Isi tasnya diperiksa untuk memastikan ia tidak menyimpan alkohol dan ia diberi makan panganan ringan berkarbohidrat tinggi di siang harinya. Di sore hari saat ia berada di rumah sakit, kadar darah dalam alkoholnya naik menjadi 0,12 persen.
Penyebabnya adalah sindrom fermentasi usus, atau yang dikenal juga dengan auto-brewery syndrome. Pria ini menjadi pabrik pembuat bir dan tampaknya seringkali terpapar oleh ragi Saccharomyces cerevisiae, jamur yang digunakan untuk memfermentasikan bir. Ia kemungkinan mendapatkan pabrik bir pribadinya di tahun 2004 setelah perawatan antibiotik membunuh flora usus asli dan menggantikannya dengan ragi tersebut.
Kemudian, setelah memakan makanan kaya karbohidrat seperti roti ataupun bagel, bakteri usus kemudian melakukan fermentasi, membuat cairan kaya alkohol di dalam tubuh pria tersebut dalam waktu 24 jam.
Untungnya, cerita ini berakhir gembira. Pria itu diberi obat-obatan anti-jamur setiap hari selama enam pekan untuk membunuh ragi dalam tubuhnya. Selama masa pemulihan, ia juga diharuskan menjalani diet ketat tanpa gula, tanpa karbohidrat, dan tidak boleh mengonsumsi alkohol dalam bentuk apapun.
Setelah bertahun-tahun ia dipaksa mabuk oleh tubuhnya sendiri, bagian akhir dari perawatan yang harus dilakukan merupakan kabar gembira.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR