Topan besar yang menghantam Hong Kong Minggu lalu membunuh sekitar 30 orang dan memaksa ribuan warga di Cina daratan dievakuasi. Ratusan penerbangan juga dibatalkan.
Topan Usagi, dalam bahasa Jepang berarti kelinci, merupakan topan Pasifik terbesar ketiga yang terbentuk tahun ini. Ia diklasifikasikan sebagai topan parah atau "super" setelah para meteorolog merekam hembusannya mencapai 260 kilometer per jam.
Jika Anda belum pernah tinggal di Asia, Anda mungkin membayangkan bagaimana rasanya diserang topan. Tetapi jika Anda pernah selamat dari serangan badai atau siklon, Anda tahu jawabannya.
Ini karena badai, siklon, dan topan merupakan fenomena cuaca yang sama. Ilmuwan hanya menyebutnya secara berbeda berdasarkan pada di mana mereka terjadi.
Di Atlantik dan Pasifik utara, mereka disebut "badai", mengikuti nama dewa kejahatan Karibia, yakni Hurrican. Di barat laut Pasifik, angin yang memiliki kekuatan sama disebut "topan". Di tenggara Samudra Hindia dan barat daya Pasifik, mereka disebut "siklon tropis parah". Di Samudra Hindia bagian utara, mereka disebut "badai siklon parah". Di barat daya Samudra Hindia, mereka hanya disebut "siklon tropis".
Untuk diklasifikasikan sebagai badai, topan, atau siklon, sebuah hembusan angin harus mencapai kecepatan 119 kilometer per jam. Jika angin badai mencapai 179 kilometer per jam, ia naik menjadi "badai intens". Jika sebuah topan mencapai 241 kilometer per jam, seperti yang terjadi di Usagi, maka ia menjadi 'topan super'.
Berbeda musim
Jika di Atlantik musim badai berlangsung mulai 1 Juni sampai 30 November, musim topan dan siklon mengikuti pola yang sedikit berbeda. Di timur laut Pasifik, musim topan resmi dimulai dari 15 Mei sampai 30 November. Di barat laut Pasifik, topan umumnya muncul di akhir Juni sampai Desember. Dan di kawasan utara Samudra Hindia, siklon terjadi antara April sampai Desember.
Apapun panggilan yang Anda pilih, angin-angin raksasa ini merupakan fenomena alam yang memiliki kemampuan untuk menghadirkan kehancuran serius. Menurut National Hurricane Center NOAA, rata-rata mata badai --pusat di mana tekanan berada pada titik terendah dan temperatur udara mencapai titik tertinggi-- diameternya mencapai 48 kilometer. Beberapa di antaranya tumbuh hingga 200 kilometer.
Badai terkuat, yang mencapai Kategori 5 dalam skala Saffir-Simpson, memiliki kecepatan angin melampaui 250 kilometer per jam. Dengan bantuan satelit dan pemodelan komputer, badai seperti ini bisa diprediksi beberapa hari sebelumnya dan cukup mudah dilacak. Namun seperti yang ditunjukkan oleh badai Sandy baru-baru ini, memprediksi jalur yang akan diambil oleh badai, topan, ataupun siklon baru bisa dikalukan setelah mereka terbentuk, dan itu masih rumit.
Efek pemanasan global?
Dalam beberapa tahun terakhir, ilmuwan telah memperdebatkan apakah pemanasan global akibat ulah manusia telah mempengaruhi badai hingga mereka menjadi lebih kuat atau telah membuat mereka menjadi lebih sering muncul. Secara teori, temperatur atmosfir yang lebih hangat akan memicu permukaan air laut yang lebih hangat, sehingga akhirnya akan mendukung hadirnya badai yang lebih kuat.
Di seluruh dunia, badai kategori 4 dan 5 sendiri terjadi hampir dua kali lebih banyak antara awal 1970 sampai awal 2000-an. Selain itu, baik durasi siklon tropis dan kecepatan angin tertinggi mereka juga meningkat sekitar 50 persen dalam 50 tahun terakhir.
(Lihat video: Petir nan Spektakuler)
Namun tidak ada konsensus ilmiah terkait hubungan antara perubahan iklim dan badai. "Kecepatan maksimum rata-rata siklon tropis kemungkinan akan meningkat, meski peningkatan mungkin tidak terjadi di seluru kawasan samudra," sebut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change tahun 2012. "Ada kemungkinan bahwa frekuensi siklon tropis global akan menurun atau tetap tidak berubah."
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR