Serangkaian peristiwa sengatan tawon mematikan memaksa pemerintah Cina mengeluarkan pernyataan resmi untuk memeringatkan warganya menghindari berjalan di ladang maupun wilayah hutan kayu.
Setidaknya 28 orang dilaporkan tewas, dan ratusan lainnya mengalami luka serius karena serangan sekawanan tawon. Ini adalah kabar mengejutkan mengingat mereka sama sekali tidak menyangka bahwa tawon akan memberikan sengatan mematikan.
Adalah tawon raksasa asia atau biasa dijuluki tawon pembunuh (Vespa mandarinia) sebagai pelaku utama sengatan mematikan tersebut. Tawon pembunuh dapat tumbuh dengan panjang hingga lima sentimeter dan memiliki sungut sepanjang enam milimeter. Dengan sungutnya, ia akan menyengat dan meracuni mangsanya dengan zat neurotoksin yang sangat kuat.
Tawon raksasa asia merupakan tawon terbesar di dunia sekaligus jenis predator yang rakus. Ia dapat memangsa serangga besar lainnya seperti belalang dan lebah, yang termasuk dalam kerabat mereka. Tawon raksasa pembunuh memiliki reputasi yang buruk, di mana mereka bisa merusak sarang yang berisi ribuan lebah madu dengan menggigit kepala kemudian mencuri larvanya. Ia juga mampu terbang hingga 100 kilometer dalam satu hari dengan kecepatan 40 kilometer per jam.
Sebagian serangan mematikan tawon terjadi di propinsi Shaanxi, Cina Selatan. Satu orang dikabarkan menderita gagal ginjal akut setelah sekawanan tawon mengejarnya sejauh 200 meter kemudian menyengatnya. Seorang wanita 55 tahun disengat tawon lebih dari 200 kali sehingga mengharuskannya menjalani perawatan selama hampir satu bulan di rumah sakit.
"Pasien dengan sengatan lebih dari sepuluh kali harus mendapatkan perawatan medis. Mereka yang terkena lebih dari 30 sengatan membutuhkan perawatan darurat," kata direktur Pusat Pengendalian Penyakit Shaanxi.
Saat ini pemerintah telah membentuk tim medis khusus pengobatan bagi pasien yang terkena sengatan tawon dan menerjunkan petugas pemadam kebakaran untuk membasmi sarang tawon di permukiman penduduk. Tujuannya, guna mengantisipasi bertambahnya jumlah korban meninggal dan luka-luka akibat sengatan tawon.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR