Para peneliti telah menemukan kadal dengan hidung seperti Pinokio di sebuah hutan hujan, Ekuador. Reptil berhidung panjang ini sebelumnya diduga telah punah karena hanya dijumpai beberapa kali saja dalam 15 tahun terakhir.
"Sulit menjelaskan perasaan saat menemukan kadal ini. Penemuan kadal Pinokio ini bagaikan menemukan rahasia, sebuah rahasia yang disimpan sangat erat," kata Alejandro Arteaga, fotografer dan salah seorang penemunya. "Bertahun-tahun kami menganggap bahwa hewan ini hanyalah mitos," ucapnya.
Bukan hal yang aneh, kadal Pinokio ini, atau nama lainnya adalah Anolis proboscis, atau anole bertanduk, pejantannya memiliki tonjolan yang panjang di ujung hidungnya. Namun, bukannya kokoh atau keras, peneliti mendapati bahwa tanduk itu sebenarnya cukup fleksibel.
Meski tampak aneh, reptil ini sendiri baru diungkapkan secara jelas oleh para peneliti pada 1953. Saat itu mereka berhasil menyelamatkan enam ekor kadal di mana seluruhnya adalah kadal jantan. Kadal ini berhasil ditemukan beberapa kali dalam beberapa tahun berikutnya, seluruhnya di kota Mindo, Ekuador. Setelah itu, spesies ini tampaknya lenyap.
"Selama 40 tahun, tak ada yang melihatnya. Di titik ini, kami menduga bahwa spesies tersebut telah punah," kata Jonathan Losos, biolog evolusioner dan herpetolog asal Harvard University yang mempelajari hewan tersebut.
Mengapa Kadal Melintasi Jalan?
Setelah itu, di tahun 2005, sekelompok pengamat burung di dekat Mindo mendapati kadal aneh sedang melintas jalan. Salah satu di antara mereka mengirimkan gambar setibanya di rumah dan para herpetolog menyadari bahwa kadal Pinokio tersebut masih hidup dan belum punah.
Beberapa tim kemudian menjelajah kawasan hutan hujan Amazon ini untuk melihat lebih dekat. Satu tim, diketuai oleh Steve Poe, peneliti dari University of New Mexico dan seorang pakar yang ahli dalam menemukan kadal yang sulit dijumpai, menemukan bahwa anoles sebenarnya cukup mudah dijumpai, jika kita tahu di mana harus mencarinya.
Berhubung anoles bertanduk tidur di ujung cabang, berubah menjadi warna putih pucat saat mereka tertidur, tim Poe mendapati bahwa mereka mudah dideteksi saat malam hari menggunakan lampu kepala atau senter. Para peneliti berhasil menemukan beberapa kadal betina, dan tak satupun punya tanduk. Namun, apa yang dilakukan oleh anoles pada siang hari, masih tetap misterius.
Losos, tiba di Ekuador tahun 2010 untuk memecahkan misteri ini dan mempelajari kehidupan kadal Pinokio. Saat tak mampu menemukan kadal saat mencari di tempat persembunyiannya, Losos melakukan apa yang dilakukan detektif pintar. Ia melakukan pengintaian.
Timnya kemudian menemukan kadal pucat di malam hari dan mengikuti mereka sampai siang hari. Cara ini berhasil mengungkapkan mengapa anoles sangat jarang dijumpai di siang hari.
Kadal Lamban, Sulit Ditangkap
Pertama, kadal Pinokio sangat terkamuflase dengan baik dan hidup di bawah perlindungan. Mereka juga bergerak sangat lambat, hanya sedikit lebih cepat dari merangkak. Tim terakhir yang menemukan kadal ini juga mendapatkan temuan baru tentang di mana kadal Pinokio tinggal.
"Kami menemukan kadal ini hidup di habitat yang sangat berbeda dengan yang disebutkan dalam literatur. Tak satupun yang pernah menemukan kadal ini hidup di pedalaman hutan rimbun, jauh dari area terbuka. Tapi penampakan berikutnya kadal ini terjadi di pinggir hutan," kata Arteaga.
"Sangat menyenangkan bisa melihat kelompok anoles ini lagi," kata Losos. "Yang kita butuhkan saat ini adalah mengirim orang-orang ke alamnya dan mempelajari hewan ini selama beberapa bulan. Itu tidak sulit dilakukan," ucapnya.
Di Brasil, para peneliti telah menemukan anole bertanduk serupa. Namun dari analisa lebih lanjut, diketahui bahwa kedua spesies ini telah mengembangkan tanduknya dengan caranya masing-masing.
Namun, untuk apa kegunaan hidung itu, belum ada yang mengetahui. Losos sempat menduga bahwa pejantan kemungkinan menggunakan tanduk itu untuk duel seperti adu pedang. Namun tanduk ini terlalu lemah dan fleksibel untuk digunakan seperti itu.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR