“Kami berharap penyertaan dalam World Monument Watch 2014 berdampak positif terhadap situs Anda, dan kami menantikan kerja sama dalam melindungi sumber busaya penting tersebut bagi generasi akan datang,” demikian tulis Erica.
Lalu, apa yang kita lakukan terhadap repihan Majapahit di Trowulan setelah mendapatkan gelar situs pusaka yang terancam kehancurannya?
“Kadang-kadang persepsi kita saat suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya adalah semua masyarakat harus dipindahkan,” ujar Adrian. “Padahal solusinya tidak harus seperti itu.” Banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya membangun partisipasi warga setempat dalam pelestarian.
“Pemagaran situs yang awalnya baik untuk melindungi situs, justru sekarang memisahkan antara situs dengan warga,” kata Adrian.
Adrian pun menyadari bahwa masyarakat setempat sudah lama dibiarkan dan tidak diikutsertakan dalam pelestarian situs. Dan kini, BPPI mencoba untuk kembali menyentuh aspek sosial, budaya, dan ekonomi warga untuk turut melestarikan tinggalan Majapahit di Trowulan. “Di sana ada banyak pembuat pabrik batu bata yang tentunya kita tidak semena-semena menghentikan usaha mereka.”
Program heritage-mapping dari BPPI merupakan salah satu langkah awal dalam program penyelamatan situs Trowulan. Program ini seperti proyek pembuatan peta hijau kota, namun lebih memfokuskan sisi tinggalan pusaka yang sifatnya berwujud, maupun yang tak berwujud, termasuk mendokumentasikan situs-situs yang telah lenyap. Tujuannya, untuk pendidikan dan penyadaran bagi masyarakat, terutama generasi muda.
“Ini merupakan langkah kecil yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” kata Adrian. “Kalau ada yang bertanya mau dibawa ke mana, yang jelas ini peluru.”
Dia berharap, apabila ayah, ibu, kakek, dan nenek mereka hidup dalam rezim pemagaran—terpisahnya hubungan situs dan warga—generasi Trowulan saat ini turut menjadi bagian dalam pelestarian situs. “Kelak mereka menghitung bukan per meter harganya berapa,” ujar Adrian, “melainkan per meter apa yang bisa kita lakukan.”
Penulis | : | |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR