Nationalgeographic.co.id - Di seluruh dunia, polusi tanah dengan arsenik yang sangat beracun telah menjadi masalah yang menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Belakangan, arsenik diketahui telah masuk ke dalam hasil produksi pertanian dan dikonsumsi banyak orang.
Polusi tanah memang terdengar seperti hal yang tidak bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Padahal, tanah merupakan media utama tempat sayuran dan buah yang kita konsumsi sehari-hari tumbuh.
Penelitian beberapa tahun terakhir telah mendeteksi kadar arsenik yang tinggi dalam beras. Hal itu tentu menjadi perhatian utama karena beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk di dunia.
Sebuah penelitian yang dipimpin oleh University of Montreal kini mencoba mencari solusi untuk masalah tersebut. Salah satu cara yang dapat dipilih adalah meremajakan tanah yang terkontaminasi arsenik dengan memanfaatkan mekanisme alami pada tanaman tertentu yang toleran terhadap kontaminasi. Hasil penelitian itu telah dipublikasikan belum lama ini di Jurnal Plant, Cell and Environment.
Baca Juga: Jenis Tanaman Hias Ini Dapat Membantu Menghalau Zat Beracun
“Lupin putih (L. albus) -yang termasuk tanaman biji-bijian, adalah salah satu spesies tanaman toleran arsenik yang sedang dipelajari untuk pemulihan berkelanjutan,” jelas Adrien Fremont, penulis utama studi dan mahasiswa doktoral dalam ilmu biologi di Universite de Montreal dalam press release.
Lupin merupakan tanaman legum yang umumnya dibudidayakan di wilayah Mediterania. Lupin putih tersebar luas sebagai tanaman liar di seluruh Balkan selatan, wilayah daratan Italia Apulia, pulau Sisilia, Korsika, dan Sardinia, dan Laut Aegea, serta di Libanon, Israel, Palestina, dan Anatolia barat.
Peneliti mengatakan, Lupin sebagai tanaman yang toleran terhadap arsenik karena adanya pelepasan bahan kimia tanaman langsung ke tanah oleh akarnya. "Tetapi sifat senyawa ini tidak diketahui dan sulit dipelajari karena kompleksitas interaksi di bawah tanah ini,” katanya.
Untuk mempelajari hal tersebut, tim peneliti mengembangkan kantong nilon yang dapat ditempatkan di daerah akar, di tanah untuk menangkap molekul yang keluar tanpa merusak sistem akar. Campuran kompleks molekul yang dikumpulkan dari kantong ini dianalisis menggunakan profil kimia lanjutan (metabolomik) untuk mengidentifikasi senyawa yang mampu mengikat logam yang dihasilkan oleh tanaman Lupin sebagai respons terhadap konsentrasi arsenik yang tinggi.
Baca Juga: Berkebun di Luar Angkasa Bantu Astronaut Hadapi Rasa Terkurung?
Beberapa dari molekul pengikat logam ini, yaitu fitokhelatin, diketahui digunakan secara internal oleh tanaman untuk mengatasi tekanan logam. Namun senyawa itu belum pernah diketahui sebelumnya sebagai senyawa yang dilepaskan ke tanah yang tercemar.
Peneliti mengatakan, diketahui bahwa tanaman dapat secara drastis mengubah atau mendegradasi polusi tanah. Namun bahwa kimia yang mendasari bagaimana hal itu dapat terjadi. Khususnya, susunan dan fungsi senyawa yang dikeluarkan akar, masih belum diketahui.
Source | : | Jurnal Plant, Cell and Environment,University of Montreal |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR