Reza (9 tahun), sebut saja namanya begitu, menolak digandeng oleh ibunya dengan tangan kanan ketika ia dan keluarganya sedang menghabiskan waktu di sebuah mal. Pasalnya, tangan kiri si ibu sedang menggandeng kakaknya yang berjarak dua tahun darinya, dan memiliki gangguan spektrum autisme. Reza malu dengan kehadiran kakaknya yang tak berhenti menggerakkan tangannya.
Adriana Ginanjar, seorang psikolog, mengatakan bahwa kadang orang lupa bahwa saudara kandung juga memiliki masalah dengan kehadiran saudara mereka yang autistik. “Apalagi, jika anak ini selalu disuruh mengalah,” ungkapnya. Iapun bercerita soal seorang adik yang memiliki dua kakak autistik. Stres yang dialami sang adik tinggi, sampai-sampai ia harus meletakkan buku pekerjaan rumahnya di lemari pendingin agar tidak diketahui oleh dua kakaknya. Jika buku itu diletakkan di kamarnya, sudah bisa dipastikan buku itu akan rusak oleh kakak-kakaknya yang gemar merobek kertas.
“Banyak hal yang membuat stres saudara kandung,” lanjutnya. Beberapa di antaranya adalah perasaan malu, karena banyaknya stigma untuk anak-anak autistik ini seperti bodoh, gila, aneh. Perasaan kesepian karena tidak bisa berbagi layaknya pada saudara kandung nonautistik, juga rasa amarah.
“Marah adalah emosi yang sering muncul, tapi dasar emosinya bukan itu,” papar Adriana. Bisa jadi amarah muncul karena rasa sedih, cemas, dan kecewa yang dialami oleh saudara kandung atas keadaan kakak atau adik autistiknya.
“Efek yang ditimbulkan, ia bisa menarik diri dari lingkungan atau merasa sangat tidak betah di rumah. Mereka lebih suka untuk ada di luar rumah daripada ngurusin saudara autisnya,” ungkapnya. Namun, banyak pula hal positif dalam sang saudara kandung bisa melewati masa stres itu dengan baik, seperti lebih dewasa, memiliki empati yang tinggi, juga menghargai perbedaan. Sudah saatnya masyarakat lebih memahami para penyandang gangguan spektrum autisme, juga saudara kandungnya, di mana pun mereka berada.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR