Ternyata Tarakan merupakan daratan pertama di Nusantara yang diserbu Jepang pada 1942. Tepatnya pada dini hari 11 Januari.
Angkatan Laut Jepang bertugas merebut Tarakan, sebagai bagian dari strategi belitan gurita.
Strateginya adalah, unit tempur Jepang bergerak dua arah: ke Kepulauan Filipina dan Kepulauan Palau, utara Papua. Dari Davao, Mindanao, Filipina selatan, mereka merangsek ke sasaran pertama. Yaitu Tarakan.
Menurut catatan Iwan Santosa dalam buku Tarakan "Pearl Harbor" Indonesia (1942-1945), dari barat, Sumatra diserbu menyusul serangan ke Semenanjung Malaysia. Di timur ada Manado, direbut hanya selang beberapa jam setelah penyerbuan Tarakan.
Pertempuran berlangsung tidak seimbang. Kekuatan gabungan dari 20.000 lebih pasukan Jepang melawan 1.300 serdadu garnisun Belanda, di bawah komando Letnan Koloner S de Waal.
Sesaat setelah pasukan Jepang terlihat, sekitar tengah hari 10 Januari 1942, Komandan de Waal akhirnya melakukan pembumihangusan terhadap fasilitas perminyakan dan seluruh ladang-ladang minyak. Api berkobar ke angkasa, sehingga dari laut pasukan Jepang melihat Tarakan bagai neraka.
Namun, kobaran api ini justru menjadi penuntun pasukan Jepang — yang terbagi dalam sayap kanan dan kiri — menyerang pantai timur Tarakan. Dikisahkan pasukan sayap kiri mencapai daratan di sekitar Pantai Amal pukul 00.00, 11 Januari.
Komandan de Waal mendapati garis depan pertahanan cukup lembek. Perlawanan lebih lanjut hanya akan sia-sia. Dia pun mengirim urusan dengan membawa bendera putih, tanda gencatan senjata, dan tawaran untuk menyerah. Secepat serang tersebut, Belanda juga akhirnya ditekuk Jepang dalam dua hari.
Di Tarakan, selama lebih kurang empat puluh bulan pendudukan Jepang disertai penderitaan hebat. Kota ini menjadi pusat penghasil minyak sekaligus fasilitas pendukung militer Jepang. Bumi hangus Belanda memang meluluhlantakkan hampir 70 persen, tapi Jepang sanggup memperbaiki instalasi vital dalam kurun dua bulan sejak menguasai Hindia Belanda.
Berbagai relik Perang Dunia II di Tarakan tersebar di sekujur pulau. Seperti dokumentasi-dokumentasi perang merebut Tarakan, dapat dilihat di Museum Rumah Bundar Kota Tarakan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR