Cara paling efisien dalam menghambat perkembangan infeksi HIV adalah dengan menggunakan obat-obatan anti retroviral (ARV). Meski begitu, sebuah studi dari Afrika mengindikasikan, konsumsi multivitamin dan suplemen selenium juga memiliki kemampuan yang baik dalam mengurangi risiko tersebut pada mereka yang belum menjalani pengobatan ARV.
Menurut studi tersebut, multivitamin dan selenium dapat memberikan efek terhadap orang dengan HIV (odha) selama dua tahun. Belum jelas apakah efek tersebut dapat terjadi dalam periode yang lebih lama.
Hal tersebut juga berkaitan dengan peserta studi yang terbatas hanya pada odha di Afrika yang belum mendapatkan pengobatan ARV. Sementara itu, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, sekali seseorang terdiagnosa positif HIV, pengobatan ARV pun segera diberikan.
Dr Jared Baeten, profesor kesehatan global di University of Washington AS mengatakan, temuan ini sangat berguna sebagai strategi baru menunda perkembangan HIV. Pasalnya, tidak semua orang yang terdiagnosa HIV positif segera bisa atau mau untuk memulai pengobatan ARV.
Ketua studi Marianna Baum, profesor diet dan nutrusi di Florida International University's Stempel School of Public Health mengatakan, studi sebelumnya menunjukkan, odha yang memiliki pola makan sehat tidak bisa memroses nutrisi dengan baik dari makanan. Maka, dapatkah suplemen bisa memberikan manfaat bagi mereka?
Baum mencatat, belum ada yang meneliti sebelumnya bagaimana sistem imun mengalami perbaikan dengan multivitamin sementara mereka belum memulai pengobatan ARV. Baum dan timnya pun melakukan analisa terhadap 900 odha di Afrika. Sebagian dari mereka diberikan plasebo, sebagian lagi diberikan multivitamin yang berisi vitamin B, C, dan E. Kelompok lainnya diberikan multivitamin dan suplemen selenium, dan ada pula yang hanya diberikan suplemen selenium.
Studi yang dipublikasi dalam jurnal American Medical Association itu menemukan, tidak ada perlakuan yang memberikan dampak berarti pada kekebalan tubuh odha kecuali pada kelompok yang diberi kombinasi multivitamin dan suplemen selenium. Bahkan setelah dianalisa berdasarkan statistik dengan menyertakan faktor-faktor lainnya, kesimpulannya tetap sama.
Dibandingkan kelompok plasebo, odha yang diberi kombinasi multivitamin dan selenium memiliki risiko 50 persen lebih rendah untuk masuk ke tahap AIDS setelah dua tahun. Baum belum mendapatkan informasi tentang harga multivitamin dan suplemen selenium, namun diperkirakan harganya relatif murah dan tidak menimbulkan efek samping.
Menurut Baum, multivitamin dapat menguatkan sistem imun, sementara suplemen selenium menyediakan asupan mineral yang menekan pertumbuhan virus. "Yang perlu diingat, tidak smbarang vitamin dapat meningkatkan daya tahan tubuh odha, kombinasinya dengan selenium lah yang paling efektif," tegasnya.
Selain itu, Baum juga menekankan pada tujuan studi bukan untuk mengurangi kebutuhan pengobatan ARV. Menurutnya, obat ARV masih menjadi standar emas untuk menekan jumlah virus.
Ke depannya, tim peneliti akan melakukan penelitian lanjutan untuk melihat efektivitas multivitamin dan suplemen selenium terhadap odha yang sudah mendapat pengobatan ARV.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR