Kemang kini dihuni sedikitnya 10 hotel, 8 apartemen, 88 restoran, 43 café, 50-an kantor, toko, rumah seni. Ini berdasarkan Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta tahun 2008. Namun 200 ha Kemang tetap bagian dari 350 ha Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan. Berbatas dengan Kelurahan Pela Mampang (utara), Kecamatan Kebayoran baru dan Cilandak (barat), Pancoran (timur) dan Pasar Minggu (selatan).
Maulana mengiyakan. Tetangganya, Pak Haji Kajin (70-an), warga tertua di Jl Bungur (Kemang Tengah) masih punya banyak rumah kontrakan. Tapi adiknya hingga meninggal jadi satpam Gedung Dua8 di Kemang Utara, menempati tanah yang dulu dijualnya.
“Dulu, yang terluas tanahnya, Pak Kontong, dari Kemang Selatan 1 sampai McDonald di Kemang 1 – berjarak sekitar 1 km. Saya sekarang tinggal dengan anak istri dan ibu, yang menerima jasa cuci dan setrika para pegawai cafe yang kost sekitar rumah. Bapak sudah kawin lagi, kini tinggal di Garut.”
Sampai 1960-an Kemang bahkan belum terdaftar sebagai wilayah Jakarta. Masih dijuluki tempat jin buang anak. Tahun 1970-an, hampir semuanya warga Betawi berumah papan beratap rumbia, dengan jalan tanah yang berlumpur saat hujan. (Alwi Shahab, Robin Hood Betawi, 2001).
*) dimuat di National Geographic TRAVELER Vol.I No.5, Juli-Agustus 2009, hlm.24-29
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR